Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pemerintah Kembangkan Green Diesel hingga Green Avtur

Kementerian ESDM dan Pertamina sedang mengembangkan bahan bakar ramah lingkungan mulai dari green diesel hingga green jet avtur yang berbasis CPO.
Petugas melakukan pengisian bahan bakar avtur pada salah satu pesawat komersial di Apron Bandara Adi Soemarmo, Boyolali, Jawa Tengah, Senin (12/6)./Antara-Aloysius Jarot Nugroho
Petugas melakukan pengisian bahan bakar avtur pada salah satu pesawat komersial di Apron Bandara Adi Soemarmo, Boyolali, Jawa Tengah, Senin (12/6)./Antara-Aloysius Jarot Nugroho

Bisnis.com, JAKARTA - Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menggandeng PT Pertamina (Persero) mengembangkan penggunaan pemanfatatan bahan bakar nabati, yakni berupa pengujian untuk B40 dan pengembangan green fuel mulai dari diesel hingga avtur.

Direktur Bioenergi, Direktorat Jenderal Energi Baru, Terbarukan dan Konservasi Energi, Kementerian ESDM, Andriah Feby Misna, mengatakan selain mengimplementasikan penggunaan bahan bakar yang berasal dari campuran solar dan fatty acid methyl ester (FAME) sebanyak 30 persen, pemerintah juga mendorong pengembangan green fuel berbasis sawit

"Saat ini sedang dilakukan uji coba untuk B40 dan pengembangan green fuel yang nantinya diharapkan dapat menghasilkan green diesel [D100], green gasoline [G100] dan green jet avtur [J100] yang berbasis crude palm oil [CPO]," kata Feby dalam siaran pers yang dikutip, Minggu (19/7/2020).

Pemerintah, lanjutnya, tengah menggandeng Pertamina untuk melakukan pengembangan green fuel di kilang-kilang yang berada di sentra produksi sawit, baik secara co-processing di kilang-kilang existing, maupun ke depannya dengan pembangunan kilang baru (stand alone) yang didedikasikan untuk green fuel.

Dia menambahkan produk green fuel ini mempunyai karakterisitik yang mirip dengan bahan bakar yang berbasis fosil, bahkan untuk beberapa parameter kualitasnya jauh lebih baik dari bahan bakar berbasis fosil fuel.

Green diesel atau Diesel Biohydrokarbon, memliliki keunggulan dibandingkan dengan diesel yang berbasis fosil maupun biodiesel berbasis FAME, diantaranya cetane number yang relatif lebih tinggi, sulfur content yang lebih rendah, oxidation stability-nya juga lebih baik serta warna yang lebih jernih.

Adapun, co-processing merupakan salah satu cara yang dilakukan untuk memproduksi greenfuel melalui proses pengolahan bahan baku minyak nabati dengan minyak bumi secara bersamaan.

Saat ini, kata dia, Pertamina telah berhasil menginjeksikan Refined Bleached Deodorized Palm Oil (RBDPO) pada unit Distillate Hydrotreating Refinery Unit (DHDT) di beberapa kilang eksisting dengan menggunakan katalis Merah-Putih hasil karya anak bangsa, Tim ITB.

Feby menjelaskan untuk Refinery Unit II, Dumai, lanjut Feby, Pertamina juga uji coba secara bertahap yang dimulai dari campuran 7,5 persen, 12,5 persen hingga 100 persen.

Dalam rangka menyamakan persepsi terhadap produk-produk bahan bakar nanabti, saat ini Pemerintah sedang menyusun usulan nomenklatur untuk bahan bakar nabati, yaitu Biodiesel dengan kode B100, Bioetanol (E100), Bensin biohidrokarbon (G100), Diesel biohidrokarbon (D100), dan avtur biohidrokarbon (J100).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper