Bisnis.com, JAKARTA - Neraca perdagangan Indonesia pada Juni 2020 diprediksi masih akan mencatat surplus, sejalan dengan aktivitas impor dan ekspor yang belum pulih sepenuhnya.
Kepala Ekonom Bank Danamon Wisnu Wardhana mengatakan kinerja impor ke depan masih akan lebih lambat dibandingkan ekspor karena penghentian kegiatan investasi dan produksi di tengah pandemi Covid-19.
Selain itu, Wisnu memperkirakan impor pada Juni 2020 tidak akan turun sedalam Mei 2020 lalu meski masih mengalami pertumbuhan negatif.
Dia memproyeksikan pertumbuhan ekspor dan impor masing-masingnya masih akan terkontraksi sebesar -12,26 persen dan -22,12 persen secara tahunan (year-on-year/yoy).
"Jika melihat penerapan pembatasan sosial di sejumlah negara yang semakin longgar, aktivitas ekonomi China dan PMI Indonesia yang tidak sekontraktif bulan-bulan sebelumnya, maka pertumbuhan ekspor impor yoy tidak akan sedalam bulan Mei lalu," katanya kepada Bisnis, Selasa (14/7/2020).
Wisnu memperkirakan neraca perdagangan Indonesia pada Juni 2020 pun masih akan membukukan surplus sebesar US$1,39 miliar. Angka Proyeksi ini lebih rendah dibandingkan dengan capaian bulan sebelumnya yang sebesar US$2,09 miliar.
Baca Juga
Menurutnya, harga komoditas yang kurang kondusif, seperti harga batu bara yang menurun dan harga minyak yang meningkat, menjadi penyebab surplus neraca dagang diprediksi lebih kecil pada Juni 2020.
Senada, Ekonom Bank Permata Josua Pardede juga memperkirakan neraca perdagangan Indonesia pada Juni 2020 akan mengalami surplus, yaitu sebesar US$1,42 miliar, lebih rendah dibandingkan dengan Mei 2020.
Menurutnya, mengecilnya surplus didorong oleh impor yang diperkirakan mulai mengalami peningkatan dibanding bulan sebelumnya, meskipun secara tahunan, impor diproyeksi masih akan mengalami pertumbuhan negatif sebesar -18,47 persen yoy.
Dia menjelaskan, peningkatan impor pada Juni 2020 didorong oleh industri pengolahan yang mulai beroperasi kembali, terlihat dari kenaikan PMI Manufaktur Indonesia menjadi 39,1 dari sebelumnya sebesar 28,6.
"Kenaikan impor bulanan ini juga diperkirakan akan didorong oleh kenaikan harga minyak dunia sebesar 10,65 persen," katanya.
Sementara di sisi lain, Josua memperkirakan ekspor Juni 2020 masih akan mengalami peningkatan dibandingkan dengan Mei 2020 meskipun tidak sebesar kenaikan impor.
"Secara tahunan, kami perkirakan pertumbuhan ekspor sebesar -18,02 persen yoy," jelasnya.
Menurut Josua, kenaikan eskpor pada Juni 2020 didorong oleh aktivitas manufaktur yang semakin meningkat di negara partner dagang Indonesia, seperti Tiongkok, India, dan Jepang.