Bisnis.com, JAKARTA - Kesiapan lahan menjadi tantangan bagi pemerintah untuk menangkap peluang relokasi industri yang potensinya mencapai US$41,3 miliar.
Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia mengatakan potensi relokasi industri sangat banyak. Namun, hal itu kerap terkendala oleh ketersediaan atau kesiapan lahan.
Banyaknya spekulan tanah sering membuat harga lahan industri melejit. Akibatnya, hal ini meningkatkan biaya investasi yang kemudian berpengaruh kepada minat investor untuk berinvestasi ke Indonesia.
"Makanya kami kemarin pilih Batang, di sana lahan punya BUMN, infrastruktur dibangun dari APBN. Investor nanti tinggal sewa," kata Bahlil, Senin (13/7/2020).
Data BKPM menunjukkan bahwa potensi relokasi industri mencapai 119 perusahaan dengan perkiraan nilai investasi sebanyak US$41,3 miliar dan penyerapan tanaga kerja sebanyak 162.000.
Di sisi lain, BKPM juga telah mengidentifikasi ada 17 perusahaan yang telah memiliki intensi relokasi atau diversifikasi industri ke Indonesia dengan total perkiraan investasi senilai US$37 miliar.
Baca Juga
Sementara, perusahaan yang sudah pasti melakukan relokasi industri sebanyak 7 dengan perkiraan investasi senilai US$850 juta dan penyerapan tenaga kerja sebanyak 30.000.
"Nah ini kemarin sudah diresmikan presiden, yang 17 itu 70 - 80 persen yang akan merelokasi industrinya ke Indonesia," tukas Bahlil.
Seperti diketahui, Sebanyak 7 perusahaan asing yang berasal dari Amerika Serikat, Jepang, Taiwan dan Korea Selatan memastikan akan merelokasi usahanya ke Indonesia.
Kepastian soal investasi tersebut terungkap dalam kunjungan kerja Presiden Joko Widodo ke Kawasan Industri Terpadu Batang di Jawa Tengah pada hari Selasa (30/6/2020) siang.
Presiden menambahkan bahwa semua pihak perlu bekerja cepat untuk menangkap setiap peluang yang ada. Dalam kompetisi saat ini, menurutnya, tak lagi berlaku rumus negara besar mengalahkan negara kecil, tetapi negara cepat yang mengalahkan negara lambat.
Adapun total keseluruhan nilai investasi dari 7 perusahaan tersebut mencapai US$850 juta atau sekitar Rp11,9 triliun dengan potensi penyerapan tenaga kerja hingga 30.000 orang. Ketujuh tersebut merupakan relokasi dari China, Jepang, Taiwan, Thailand, Malaysia dan Korea Selatan.