Cari berita
Bisnis.com

Konten Premium

Bisnis Plus bisnismuda Koran Bisnis Indonesia tokotbisnis Epaper Bisnis Indonesia Konten Interaktif Bisnis Indonesia Group Bisnis Grafik bisnis tv

Asita: Startup OTA Punya Andil Bagi Pariwisata 

Perusahaan rintisan berbasis online travel agency (OTA) diminta menggandeng pelaku agen konvensional dalam membangun industri pariwisata.
Akbar Evandio
Akbar Evandio - Bisnis.com 09 Juli 2020  |  18:07 WIB
Asita: Startup OTA Punya Andil Bagi Pariwisata 
Pekerja menggunakan alat pelindung diri saat melayani wisatawan di Hotel Puri Santrian, Sanur, Denpasar, Bali, Kamis (2/7/2020). - Antara/Nyoman Hendra Wibowo\\n

Bisnis.com, JAKARTA – Association of the Indonesian Tours and Travel Agencies (Asita) berharap perusahaan rintisan berbasis online travel agency (OTA) dapat memberikan andil bagi pariwisata di dalam negeri.

Wakil Ketua Asita Budijanto Ardiansjah mengatakan bahwa pihaknya berharap startup OTA dapat menstimulus kebangkitan pariwisata. Adapun, dia juga mengimbau agar startup juga memberikan kesempatan bagi pelaku konvensional agar dapat bergerak bersama.

“Kami harapkan [startup OTA] ini bisa memacu kegiatan wisata diseluruh Indonesia, sehingga bisnis pariwisata kembali bangkit. Namun, kami juga mengharapkan pelaku agen konventional yang kebanyakan usaha kecil dan menengah [juga] diberikan kesempatan [untuk bergerak kembali],” terangnya saat dihubungi Bisnis, Kamis, (9/7).

Menurutnya, pelaku OTA diminta untuk memberikan kesempatan bagi para UKM sehingga mampu berjalan bersama dalam mengakselerasi pariwisata dalam negeri dengan ragam inovasi.

“Kami harapkan pergerakan wisata perlahan pulih mulai Juli ini, [dengan startup OTA] dan dapat bergerak dengan peningkatan sekitar 30 persen hingga akhir 2020,” terangnya.

Sementara itu, Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Didien Junaedi melihat bahwa langkah pemerintah, yaitu Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) yang  tengah menyusun buku panduan untuk mengatur mengenai penerapan protokol kesehatan di bidang pariwisata. Hal ini diyakini dapat menjadi stimulus bagi startup OTA untuk menggenjot layanannya.

“Pasti akan memberikan angin segar pada mereka [startup OTA], karena usaha akan berjalan kembali dengan adanya normal baru, mereka akan pulih kembali secara berangsur, kemudian orang sekarang di airport tidak terlalu sulit seperti biasa [dalam penjualan tiket], karena tiket dapat dibeli melalui mereka [startup],” jelasnya.

Ketua Ikatan Cendekiawan Pariwisata Indonesia (ICPI), Azril Azhari pun melihat bahwa peran strategis yang dapat dilakukan oleh startup OTA saat ini adalah untuk memberikan akses informasi destinasi yang memiliki review yang baik untuk mendatangkan minat wisatawan.

“Startup tersebut harus mulai mempromosikan daya tarik mulai dari keunikan dari destinasi atau budaya dan kedua keontetikan dari destinasi tersebut. Startup OTA memang akan berkembang karena pola cashless makin menjadi budaya, tetapi strategi lain juga dibutuhkan, yaitu menggencarkan fitur promosi yang membuat sebuah destinasi menjadi sebuah lokasi yang limited edition,” terangnya.

Azril menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan destinasi limited edition wisata yang in-deep dengan jumlah orang yang sedikit, seperti adventure tourism, bio-eco tourism, dan edu tourism.

“Minat pariwisata sekarang telah bergeser. Pelancong tidak lagi tertarik dengan konsep nature of tourism, yang mana mereka lebih berminat untuk pengalaman yang intens dan dengan sedikit orang. Startup OTA harus bisa menyediakan fasilitas tersebut juga,” terangnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini, di sini :

pariwisata StartUp
Editor : Amanda Kusumawardhani

Artikel Terkait



Berita Lainnya

    Berita Terkini

    back to top To top