Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Asita: Startup OTA Punya Andil Bagi Pariwisata 

Perusahaan rintisan berbasis online travel agency (OTA) diminta menggandeng pelaku agen konvensional dalam membangun industri pariwisata.
Pekerja menggunakan alat pelindung diri saat melayani wisatawan di Hotel Puri Santrian, Sanur, Denpasar, Bali, Kamis (2/7/2020)./Antara-Nyoman Hendra Wibowon
Pekerja menggunakan alat pelindung diri saat melayani wisatawan di Hotel Puri Santrian, Sanur, Denpasar, Bali, Kamis (2/7/2020)./Antara-Nyoman Hendra Wibowon

Bisnis.com, JAKARTA – Association of the Indonesian Tours and Travel Agencies (Asita) berharap perusahaan rintisan berbasis online travel agency (OTA) dapat memberikan andil bagi pariwisata di dalam negeri.

Wakil Ketua Asita Budijanto Ardiansjah mengatakan bahwa pihaknya berharap startup OTA dapat menstimulus kebangkitan pariwisata. Adapun, dia juga mengimbau agar startup juga memberikan kesempatan bagi pelaku konvensional agar dapat bergerak bersama.

“Kami harapkan [startup OTA] ini bisa memacu kegiatan wisata diseluruh Indonesia, sehingga bisnis pariwisata kembali bangkit. Namun, kami juga mengharapkan pelaku agen konventional yang kebanyakan usaha kecil dan menengah [juga] diberikan kesempatan [untuk bergerak kembali],” terangnya saat dihubungi Bisnis, Kamis, (9/7).

Menurutnya, pelaku OTA diminta untuk memberikan kesempatan bagi para UKM sehingga mampu berjalan bersama dalam mengakselerasi pariwisata dalam negeri dengan ragam inovasi.

“Kami harapkan pergerakan wisata perlahan pulih mulai Juli ini, [dengan startup OTA] dan dapat bergerak dengan peningkatan sekitar 30 persen hingga akhir 2020,” terangnya.

Sementara itu, Ketua Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) Didien Junaedi melihat bahwa langkah pemerintah, yaitu Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) yang  tengah menyusun buku panduan untuk mengatur mengenai penerapan protokol kesehatan di bidang pariwisata. Hal ini diyakini dapat menjadi stimulus bagi startup OTA untuk menggenjot layanannya.

“Pasti akan memberikan angin segar pada mereka [startup OTA], karena usaha akan berjalan kembali dengan adanya normal baru, mereka akan pulih kembali secara berangsur, kemudian orang sekarang di airport tidak terlalu sulit seperti biasa [dalam penjualan tiket], karena tiket dapat dibeli melalui mereka [startup],” jelasnya.

Ketua Ikatan Cendekiawan Pariwisata Indonesia (ICPI), Azril Azhari pun melihat bahwa peran strategis yang dapat dilakukan oleh startup OTA saat ini adalah untuk memberikan akses informasi destinasi yang memiliki review yang baik untuk mendatangkan minat wisatawan.

“Startup tersebut harus mulai mempromosikan daya tarik mulai dari keunikan dari destinasi atau budaya dan kedua keontetikan dari destinasi tersebut. Startup OTA memang akan berkembang karena pola cashless makin menjadi budaya, tetapi strategi lain juga dibutuhkan, yaitu menggencarkan fitur promosi yang membuat sebuah destinasi menjadi sebuah lokasi yang limited edition,” terangnya.

Azril menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan destinasi limited edition wisata yang in-deep dengan jumlah orang yang sedikit, seperti adventure tourism, bio-eco tourism, dan edu tourism.

“Minat pariwisata sekarang telah bergeser. Pelancong tidak lagi tertarik dengan konsep nature of tourism, yang mana mereka lebih berminat untuk pengalaman yang intens dan dengan sedikit orang. Startup OTA harus bisa menyediakan fasilitas tersebut juga,” terangnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper