Bisnis.com, JAKARTA--PT PLN (Persero) berhasil menempati peringkat teratas di Asia Selatan dan Tenggara sebagai perusahaan kunci yang menentukan kesuksesan transformasi sistem energi dan dekarbonisasi, berdasarkan hasil penilaian World Benchmarking Alliance (WBA).
Hasil tersebut disampaikan pada acara peluncuran the Electric Utilities Benchmark yang dilaksanakan secara daring, Senin (6/7/2020).
PLN terpilih menjadi satu dari 50 perusahaan kelistrikan di dunia. Kelimapuluh perusahaan tersebut terpilih dari 450 perusahaan energi dunia yang dinilai dan dianggap memiliki pengaruh terhadap pencapaian target Perjanjian Paris untuk memperlambat perubahan iklim.
"Ini menjadi salah satu bukti komitmen kami untuk terus mendorong penggunaan energi baru terbarukan dalam penyediaan listrik di Indonesia di Indonesia," ujar Executive Vice President Corporate Communcation Agung Murdifi, melalui keterangan tertulisnya, Selasa (7/7/2020).
Pemeringkatan WBA Climate and Energy Benchmark dilakukan dengan menggunakan metodologi assessing low-carbon transition (ACT) yang menilai kesiapan suatu organisasi dalam transisi menuju ekonomi rendah karbon dilihat dari aspek strategi pengelolaan perubahan iklim, model bisnis, investasi, operasi, dan pengelolaan emisi gas rumah kaca.
Metodologi ini merupakan produk dari ACT Initiative yang merupakan program kerja sama dari ADEME dan CDP.
Baca Juga
Perusahaan listrik dianggap berperan penting sebagai pendukung tercapainya energi rendah karbon, yang mana dekarbonisasi perusahaan listrik sangat sentral untuk mendorong transisi ke ekonomi rendah karbon.
WBA Climate and Energy Benchmark menilai perusahaan-perusahaan terpilih dapat berkontribusi terhadap Tujuan Pembangungan Berkelanjutan (Sustainable Development Goal/SDG) 13 dan SDG 7 serta memberikan insentif untuk menyelaraskan strategi mereka dengan tujuan pembatasan pemanasan global di bawah 2?C sesuai dengan Perjanjian Paris.
Dengan kapasitas pembangkit terpasang 43,85 Gigawatt (GW), PLN berkomitmen meningkatkan bauran energi baru dan terbarukan (EBT) dari 12 persen pada 2018 menjadi 23 persen pada 2025.
PLN telah memiliki kebijakan dan strategi terkait dengan mitigasi perubahan iklim serta telah membentuk unit organisasi khusus untuk pengelolaan mitigasi dan adaptasi iklim. Hingga Mei 2020, kapasitas pembangkit EBT di Indonesia mencapai 7.963 megawatt (MW).
Saat ini, dalam program green transformation, PLN memperkenalkan model-model bisnis baru (green boosters) yang mendukung strategi perusahaan berpelat merah ini untuk pemenuhan target EBT dan mitigasi perubahan iklim. PLN juga rutin melaporkan hasil inventarisasi emisi gas rumah kaca melalui Laporan Kerberlanjutan.
Secara keseluruhan, PLN meraih peringkat 28 dunia mengungguli Tenaga Nasional Berhad, Malaysia (#29), Chubu Electric Pouwer, Jepang (#32), Tokyo Electric Power Company, Jepang (#37), Taiwan Power Company (#38), Korea Electric Power Corporation (#39) dan Eskom Holdings, Afrika Selatan (#41).
Sementara itu, perusahaan listrik Orsted yang berkantor di Denmark meraih rangking pertama dan menjadi benchmark bagi perusahaan-perusahaan listrik lain di seluruh dunia. Perusahaan ini memiliki target carbon neutrality di tahun 2040 yang melingkupi seluruh rantai bisnisnya.
Hasil penilaian WBA Climate and Energy Benchmark juga dipublikasikan di laman World Benchmarking Alliance.