Bisnis.com, JAKARTA - PT Campina Ice Cream Industry Tbk. menyatakan pandemi Covid-19 membuat produksi es krim perseroan akan lebih rendah dari realisasi akhir 2019.
National Sales Manager & Marketing Campina Adji Andjono menyatakan perseroan telah mengubah target pertumbuhan produksi perseroan menjadi minus 3-5 persen pada akhir 2020. Adji berujar hal tersebut disebabkan oleh rendahnya mobilitas konsumen pada saat pandemi.
"Karena jumlah orang yang pergi keluar rumah berkurang, otomatis berpengaruh pada pasar es krim yang [tumbuh karena] impulse [konsumen secara mendadak]," katanya kepada Bisnis, Senin (6/7/2020).
Adji menjelaskan pasar es krim di dalam negeri dibagi menjadi dua yakni pasar es krim luar rumah dan dalam rumah. Pasar es krim luar rumah bergantung pada keinginan sesaat konsumen, sementara pasar dalam rumah bergantung pada konsumsi yang direncanakan.
Produk pasar luar rumah adalah es krim stik maupun mangkuk, sedangkan produk pasar dalam rumah umumnya berukuran besar dan dijual dalam bentuk liter. Selain itu, pasar es krim nasional didominasi oleh pasar luar rumah hingga 80 persen, sedangkan pasar dalam rumah hanya 20 persen.
Adji menjelaskan portofolio produksi perseroan serupa dengan industri, yakni 80 persen produk stik maupun mangkuk dan 20 persen produk ukuran besar. Adji meramalkan penurunan penjualan pada April-Mei membuat produksi pada kuartal II/2020 lebih rendah dari realisasi kuartal I/2020.
Baca Juga
Pada kuartal I/2020, biaya produksi perseroan terkontraksi secara tahunan sebesar 3,85 persen dari Rp97,7 miliar pada kuartal I/2019 menjadi Rp94 miliar. Realisasi tersebut memutus tren pertumbuhan yang mulai terbentuk pada 2018.
Adji menduga serapan es krim perseroan mulai membaik pada akhir kuartal II/2020 akibat hari raya Idul Fitri. Namun demikian, realisasi pada semester I/2020, ujar Adji, merupakan basis perseroan untuk merubah target produksi menjadi negatif.
Adji menilai perubahan target tersebut masih tergolong konservatif. Pasalnya, ujarnya, serapan produk perseroan selama pandemi ditopang oleh produk pasar dalam rumah melalui penjualan daring.
Adji berujar perseroan telah meluncurkan layanan penjualan secara daring sekitar 4-5 tahun yang lalu. Adapun, pertumbuhan penggunaan layanan tersebut terakselerasi dengan perubahan gaya hidup konsumen ke arah belanja daring.
"Jadi, infrastrukturnya secara tidak sengaja sudah tersiapkan dan pandemi ini mempercepat kurva pembelajaran [konsumen]. Saya kira itu [penjualan daring] sangat membantu," katanya.