Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Perhapi Sepakat Produksi Batu Bara Mesti Dikendalikan

Tren harga sedang tertekan akibat kelebihan pasok batu bara di pasar dan lesunya permintaan batu bara.
Petugas mengawasi proses penimbunan batu bara di Tambang Air Laya, Tanjung Enim, Sumatra Selatan, Minggu (3/3/2019)./Bisnis-Felix Jody Kinarwan
Petugas mengawasi proses penimbunan batu bara di Tambang Air Laya, Tanjung Enim, Sumatra Selatan, Minggu (3/3/2019)./Bisnis-Felix Jody Kinarwan

Bisnis.com, JAKARTA — Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia menilai pengendalian produksi merupakan kunci agar harga batu bara tak tertekan.

Ketua Umum Perhimpunan Ahli Pertambangan Indonesia (Perhapi) Rizal Kasli berpendapat bahwa harga acuan batu bara (HBA) yang makin menurun memang merupakan cerminan lesunya pasar batu bara akibat pandemi Covid-19 yang saat ini melanda dunia.

Tren harga sedang tertekan akibat kelebihan pasok batu bara di pasar dan lesunya permintaan batu bara.

Hal itu terutama dari negara importir batu bara terbesar saat ini seperti China dan India yang merupakan negara pengimpor batu bara terbesar Indonesia yakni sekitar 60 persen.

"Selain itu, konsumsi batu bara domestik juga turun sekitar 11 persen hingga 15 persen akibat lemahnya permintaan listrik industri terutama di Pulau Jawa akibat kebijakan PSBB [pembatasan sosial skala besar]," ujarnya kepada Bisnis, Jumat (3/7/2020).

Pada 2019, China mengimpor batu bara dari Indonesia sekitar 144 juta ton dan India sekitar 116 juta ton sehingga total 422 juta ton ke dua negara tersebut atau sebanyak 42 persen dari total ekspor batu bara Indonesia sebanyak 613,8 juta ton pada 2019.

Rizal menilai HBA sulit diprediksi kapan bisa rebound karena saat ini secara nasional, regional, dan global masih terdampak pandemi Covid-19 dan perekonomian belum pulih.

Pemulihan secara perlahan akan terjadi mulai tahun depan. Namun, yang harus dilakukan adalah penyesuaian angka produksi batu bara nasional untuk menyeimbangkan dengan permintaan sekarang posisinya masih kelebihan pasok. 

Pemerintah, katanya, harus mengeluarkan beberapa kebijakan untuk mendukung ekspor batu bara agar dapat bersaing dengan pengekspor batu bara utama seperti Rusia, Australia, dan Afrika Selatan yang mampu menurunkan harga batu bara premium mereka di bawah US$50 per ton saat ini.

Hal ini diperlukan agar devisa dari ekspor batu bara ini tidak hilang begitu saja karena kalah bersaing dengan negara lain.

"Juga untuk menjaga agar pertambangan batu bara tetap dapat mendukung pertumbuhan ekonomi Indonesia," ucapnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Yanita Petriella
Editor : Zufrizal
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper