Bisnis.com, JAKARTA - Kondisi pasokan dan permintaan yang masih melemah diprediksi akan menekan laju inflasi pada pertengahan tahun ini.
Kepala Ekonom Bank Danamon Wisnu Wardhana mengatakan pemicu lainnya adalah harga komoditas yang masih tertekan. Bahkan, menurutnya, kondisi ini bisa mengarah disinflasi, sementara di negara rekanan impor Indonesia akan mengalami deflasi.
Wisnu memprediksi inflasi tahun ke tahun akan sebesar 1,73 persen. Sedangkan inflasi inti dari tahun ke tahun sebesar 2,42 persen.
"Tekanan sangat rendah sehingga disinflasi," katanya kepada Bisnis, Rabu (1/7/2020).
Sementara itu, Chief Economist Bank BNI Ryan Kiryanto memprediksi inflasi pada Juni 2020 akan sebesar 1,79 persen secara tahunan.
"Secara bulanan, inflasi diprediksi berkisar 0,02 persen secara bulanan [month-to-month]," katanya.
Baca Juga
Komoditas bahan pangan seperti telur ayam dan daging ayam akan menjadi bahan pangan pendorong inflasi, di tengah penurunan harga yang dialami beberapa komoditas pangan lainnya.
Sementara itu, beberapa komoditas pangan yang mengalami deflasi diantaranya beras, daging sapi, bawang putih, cabai merah, jeruk, emas perhiasan, tarif angkutan udara, dan gula pasir.
Menurut Ryan, pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang diperpanjang di berbagai daerah menyebabkan aktivitas masyarakat masih terbatas. Meski angkutan penerbangan, kereta api, dan bus sudah mulai diijinkan beroperasi kembali, namun jumlah penumpangnya masih terbatas.
"Kegiatan rekreasi belum pulih, meskipun beberapa tempat rekreasi sudah mulai membuka operasionalnya. Dampak perekonomian akibat PSBB dalam beberapa bulan ini mulai terlihat," tutur Ryan.
Dia menambahkan, kemampuan berbelanja masyarakat juga semakin terbatas karena mengalami penurunan penghasilan akibat ditutupnya tempat usaha, serta bertambahnya jumlah karyawan yang kehilangan pekerjaan.
Sebagai informasi, Badan Pusat Statistik (BPS) akan merilis laporan Indeks Harga Konsumen (IHK) pada pukul 11.00 WIB. Laporan ini bisa diikuti di kanal YouTube BPS.