Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Hunian di Australia Hadapi Risiko Penurunan Harga Lebih Besar

Penurunan harga paling besar terjadi di Perth dan Melbourne, yang menjadi pusat lonjakan kasus wabah virus Corona dan harus di-lockdown lokal.
Properti di Negeri Kanguru, Australia./Bloomberg
Properti di Negeri Kanguru, Australia./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Harga hunian di Australia mengalami penurunan terbanyak dalam 16 bulan pada Juni 2020 dan menghadapi risiko penurunan lebih besar setelah bantuan dari pemerintah seperti penundaan pembayaran kredit dan subsidi penghasilan bakal segera kedaluwarsa bulan depan.

Menurut riset CoreLogic Inc., harga properti di beberapa kota turun 0,8 persen pada Juni, penurunan tertajam sejak Februari 2019. Penurunan harga paling besar terjadi di Perth dan Melbourne, yang menjadi pusat lonjakan kasus wabah virus Corona dan harus di-lockdown lokal.

“Meskipun sudah ada tanda akan pemulihan aktivitas ekonomi dan bantuan untuk pasar hunian, risiko penurunan harga tetap besar,” ungkap Tim Lawless, Head of Research CoreLogic, seperti dilansir Bloomberg, Rabu (1/7/2020).

Tekanan pada pasar properti hunian di Negeri Kanguru itu diperkirakan datang kembali pada akhir tahun ini ketika bantuan dari pemerintah dan bank mulai dikurangi. Lebih dari 485.000 penyewa rumah saat ini diberikan penundaan pembayaran. Sementara itu, 3,5 juta pekerja saat ini dapat subsidi gaji dari pemerintah.

Kedua program tersebut membantu mencegah penjualan hunian secara paksa yang bisa menekan harga.

Subsidi gaji bakal berhenti diberikan pada September. Kemudian, bank juga akan memperketat kriteria peminjam yang mau memperpanjang penangguhan bayar yang awalnya hanya berlaku 6 bulan.

“Pada akhirnya perekonomian dan para debitur harus tunduk pada tekanan pasar. Dengan demikian, kemungkinan akan ada kenaikan jumlah tunggakan kredit dan potensi penjualan paksa,” kata Lawless.

Namun, jika melihat Australia yang relatif sukses membendung penyebaran virus, artinya aktivitas perekonomian bisa buka lebih cepat dibandingkan dengan negara lain meskipun dampak setelahnya masih akan menggantung sampai beberapa tahun ke depan.

Infeksi virus gelombang kedua juga bisa menhambat atau, bahkan sampai menunda pembukaan kembali perekonomian yang sedang bersiap untuk kembali pulih.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Mutiara Nabila
Editor : Zufrizal
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper