Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Diklaim Menyembuhkan Covid-19, Masyarat Diimbau Hati-Hati Beli Produk Farmasi

Luzia R Andalucia, Direktur Registrasi Obat BPOM mengimbau masyarakat jangan terburu-buru mendengar berita ada yang klaim telah menemukan obatnya. Karena untuk diproduksi massal dan didistribusikan ke publik ada tahapan uji klinisnya.
Ilustrasi vaksin Covid-19./Antara
Ilustrasi vaksin Covid-19./Antara

Bisnis.com, JAKARTA – Masyarakat diminta hati-hati menyerap informasi obat atau vaksin virus corona, di tengah banyak perusahaan atau riset yang mengklaim sudah menemukan obat atau vaksin.

Hingga kini, belum ada yang benar-benar 100 persen terbukti menyembuhkan. Kalau pun ada, harus ada uji klinis dilakukan.

Luzia R Andalucia, Direktur Registrasi Obat BPOM mengimbau masyarakat jangan terburu-buru mendengar berita ada yang klaim telah menemukan obatnya. Karena untuk diproduksi massal dan didistribusikan ke publik ada tahapan uji klinisnya.

Untuk vaksin virus corona sendiri, Lucia menjelaskan ada dua proses bisa dilakukan. Pertama kolaborasi dengan riset dari luar negeri. Hasil riset yang jika mujarab mengobati Covid-19 tersebut ditransfer teknologinya ke Indonesia. Tetap ada uji klinis, tapi proses tidak dari awal dan tinggal melakukan tahap akhir saja.

"Di Indonesia masih terus diuji dan dipantau. Seperti apa efek penggunaannya, data-datanya masih kami kumpulkan. Kami harus pastikan obat tersebut aman, walau sekarang bisa digunakan karena dalam kondisi darurat," katanya, Selasa (23/6/2020).

Dia mencontohkan deksametason yang beberapa waktu lalu diteliti Oxford. Menurut Lucia penggunaan obat itu juga harus dibatasi karena baru bisa diberikan kepada pasien dengan gejala Covid-19 berat, termasuk memakai ventilator.

"Memang di Inggris ampuh. Tapi di Indonesia harus dites lagi karena masuk kategori keras steroid," tambahnya.

Ketua Umum GP Jamu Indonesia Dwi Ranny Pertiwi mengatakan produk racikan berbahan temulawak, kunyit, sampai kencur naik drastis selama Covid-19. Karena produk-produk tersebut mengklaim menjaga daya tahan tubuh sehingga wajar diserbu masyarakat.

Hanya saja Dwi menyatakan ada saja produsen produk jamu yang penjualannya menurun. Alasan utamanya adalah terbatasnya promosi selama Covid-19.

"Dan yang unik adalah jamu mulai dilirik segmen milenial. Mereka sadar akan manfaat dan khasiatnya. Yang jadi pekerjaan rumah bagi produsen adalah bagaimana mengemas produk jamu semenarik mungkin agar dapat meraup pasar potensial ini," ungkap Dwi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper