Bisnis.com. JAKARTA – Industri pariwisata di Asean sepakat untuk memunculkan terobosan baru di sektor tersebut di tengah pandemi Covid-19. Terobosan itu adalah mengembangkan konsep kerja sama perjalanan lintas negara atau travel bubble.
Plt. Deputi Bidang Sumber Daya dan Kelembagaan Kemenparekraf/Baparekraf Frans Teguh mengatakan pariwisata adalah sektor yang sangat terpukul akibat pandemi.
"Berhentinya operasional maskapai penerbangan tentu berdampak sangat besar bagi agen perjalanan dan tour operator. Kita tidak pernah tahu kapan perjalanan akan kembali dibuka, dan ketika perjalanan itu pun dibuka, kondisinya tentu sangat berbeda. Dibutuhkan pendekatan dan penyesuaian yang baik dari industri," katanya seperti dikutip dari Antara, Jumat (19/6/2020).
Oleh karena itu, menurutnya dibutuhkan terobosan di mana konsep travel bubble dinilai menjadi salah satu langkah yang bisa dipersiapkan oleh negara-negara Asean.
Seperti diketahui, travel bubble sedang diminati oleh beberapa negara dalam merancang perjalanan lintas negara di tengah pandemi. Skema itu dilakukan ketika dua atau lebih negara telah berhasil mengontrol penyebaran virus corona, sepakat untuk menciptakan sebuah koridor perjalanan.
Koridor ini akan memudahkan penduduk yang tinggal di dalamnya melakukan perjalanan secara bebas, dan menghindari kewajiban karantina mandiri,
Baca Juga
Adapun, para pelaku usaha pariwisata menyatakan dibutuhkan kerja sama yang baik antara pemerintah dan industri baik di dalam negeri maupun luar negeri. Hal itu dibutuhkan untuk dapat membalikkan pandangan jika pariwisata akan menjadi sektor yang membutuhkan waktu paling lama untuk kembali normal.
Kolaborasi seluruh pemangku kepentingan pariwisata harus dapat menumbuhkan kepercayaan wisatawan bahwa bepergian di situasi normal baru nantinya dapat tetap memberikan rasa aman dan nyaman.
Deputy of President Asean Tourism Association (Aseanta) Eddy Krismeidi Soemawilaga, mengatakan setiap negara di Asean memiliki situasi yang berbeda dalam menghadapi Covid-19. Meski demikian, kesiapan masing-masing negara dalam memasuki era normal baru pariwisata harus dapat seiring berjalan.
"Jadi saya pikir implementasi normal baru adalah hal yang harus dijalankan, sebelum kita dapat memasuki situasi ketika vaksin telah berhasil ditemukan," kata dia.
Hal senada dikatakan Walter Jamieson, Academic Consultant dari Thammasat University, Thailand. Menurutnya, saat ini adalah waktu yang tepat bagi industri pariwisata di seluruh negara Asia untuk melakukan penyesuaian. Tidak hanya untuk masa normal baru, tapi juga setelahnya karena normal baru hanyalah masa peralihan menuju situasi normal yang sebenarnya ketika vaksin ditemukan.