Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

BKF: Tiga Aspek Ini Picu Penyusutan Pendapatan Negara

Tiga aspek yang memengaruhi kontraksi penerimaan negara, yaitu pelambatan aktivitas ekonomi, penurunan harga komoditas dan insentif yang diberikan kepada pelaku usaha.
Menteri Keuangan Sri Mulyani menjawab pertanyaan wartawan usai melakukan pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan di Kantor DJP, Jakarta, Selasa (10/3/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti
Menteri Keuangan Sri Mulyani menjawab pertanyaan wartawan usai melakukan pelaporan Surat Pemberitahuan (SPT) Tahunan di Kantor DJP, Jakarta, Selasa (10/3/2020). Bisnis/Eusebio Chrysnamurti

Bisnis.com, JAKARTA - Tren pendapatan negara yang sampai Mei 2020 terus mengarah ke angka negatif merupakan dampak yang ditimbulkan oleh pandemi Corona atau Covid-19.

Kepala Pusat Kebijakan Ekonomi Makro Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Hidayat Amir mengatakan bahwa ada tiga aspek yang memengaruhi kontraksi penerimaan negara, yaitu pelambatan aktivitas ekonomi, penurunan harga komoditas dan insentif yang diberikan kepada pelaku usaha.

"Itu yang memengaruhi penerimaan negara," kata Hidayat, Rabu (17/6/2020).

Adapun, data Kemenkeu menunjukkan kinerja pendapatan negara terus mengalami kontraksi sebagai imbas menurunnya aktivitas perekonomian akibat pandemi Covid-19.

Data Kementerian Keuangan menunjukkan realisasi pendapatan negara per Mei 2020 mencapai Rp664,3 triliun atau minus 9 persen dibandingkan tahun lalu yang tumbuh mencapai 6,4 persen.

Tren kontraksi dalam pendapatan negara ini dipicu oleh penerimaan perpajakan senilai Rp526,2 triliun atau minus 7,9 persen. Kontraksi penerimaan perpajakan ini merupakan konsekuensi dari penerimaan pajak yang terkontraksi hingga 10,8 persen.

"Jadi kinerja penerimaan ini menunjukkan adanya tekanan dari ekonomi, sehingga pendapatan negara terkontraksi," kata Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati, Selasa (16/6/2020).

Tren penurunan pendapatan negara ini kemudian berimplikasi pada 0kinerja APBN sampai Mei 2020. Data Kemenkeu menunjukkan bahwa realisasi defisit telah mencapai Rp179,6 triliun atau 1,01 dari produk domestik bruto.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Edi Suwiknyo
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper