Bisnis.com, JAKARTA – Pemberlakuan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) diperkirakan menekan perekonomian Indonesia terutama pada kuartal II/2020.
Dalam acara halal bihalal daring Asosiasi Emiten Indonesia (AEI), Kamis (11/6/2020), Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menjelaskan bahwa penerapan PSBB di berbagai daerah pada kuartal II/2020 membuat terjadinya demand shock. Kondisi itu menurutnya membuat lembaga pemeringkat Moody’s memprediksi pertumbuhan Indonesia akan negatif.
“Pertama kita ada lagging 2 bulan. Jadi, pada saat negara lain melakukan lockdown, kita tidak melakukan lockdown. Ternyata, dari berbagai diskusi, lockdown ini membawa pertumbuhannya negatif hampir semua. Akhirnya, semua melepas dari kebijakan lockdown,” paparnya menjawab pertanyaan dari Direktur Ekskutif AEI Samsul Hidayat.
Airlangga melanjutkan, Indonesia memilih PSBB, dengan 11 sektor utama tetap dibuka, sehingga tetap masih ada aktivitas ekonomi. Namun, memang yang menjadi kunci dan membuat PDB jatuh ke level 2,97 persen pada kuartal I/2020 adalah konsumsi yang sudah langsung terganggu.
“Tentu, kita tahu kuartal II/2020, itu PSBB di berbagai daerah maka tentu pada saat PSBB terjadi demand shock dan diperkirakan berdasarkan hitungan Moody’s kita turun di bawah, pertumbuhan negatif,” imbuhnya.
Kendati demikian, Airlangga menyebut pemerintah sudah menerapkan kebijakan kenormalan baru. Langkah itu diharapkannya mampu menggerakan kembali mesin perkonomian.
“Per Kamis, 11 Juni [kemarin] pemerintah sudah buka daerah yang hijau sebanyak 93 daerah kabupaten kota. Pemerintah sedang mempersiapkan daerah kuning sebanyak 136 kabupaten kota,” ujarnya.
Dia menjelaskan bahwa untuk membuka dan menutup daerah diperlukan persetujuan Pemerintah Daerah dan Gugus Tugas Covid-19. Daerah dengan status hijau artinya tidak terdampak penyebaran corona.
Adapun, daerah berwanarna kuning merupakan kota dan kabupaten dengan risiko rendah dan akan segera dibuka. Untuk 220 daerah berwarna oranye, memiliki tingkat risiko sedang dan 66 daerah berwarna merah.
“Perlu diperhatikan adalah pergerakan orang dari merah dan oranye ke daerah kuning dan hijau. Tetapi, kalau pergerakan barang sudah mulai dibebaskan,” jelasnya.
Airlangga mengharapkan kebijakan kenormalan baru dapat menjadi jalan untuk memulai kembali perekonomian. Dengan demikian, diharapkan akhir tahun pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa mencapai sekitar 2 persen.
“Peer kita Filipina dan Vietnam juga diproyeksikan tumbuh positif akhir tahun,” imbuhnya.
Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Emiten Indonesia (AEI) Franciscus Welirang menyampaikan pandemi Covid-19 memberikan perubahan dalam kegiatan ekonomi. Namun demikian, dibalik ancaman terhadap ekonomi dan bisnis, masih terbuka peluang yang bisa dimanfaatkan.
“Pandemi telah memberikan tananan baru terhadap pasokan dunia, yang tadinya pasokan global 20 persen dikuasai China telah bergeser ke negara lain. Indonesia harus mampu memanfaatkan ini,” paparnya.
Frankie, sapaan akrabnya, melanjutkan emiten berpeluang mengambil bagian sebagai pemasok global supply chain. Oleh karena itu, Indonesia harus berbenah untuk menarik investor.
Adanya relaksasi pajak dari pemerintah perlu dibarengi dengan kepastian birokrasi dan iklim bisnis yang sehat. Untungnya, berdasarkan data BPS, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I/2020 masih positif meningkat 2,97 persen year on year (yoy).
Saat ini, dengan adanya PSBB transisi dan menyambut kenormalan baru, diharapkan perusahaan dapat bangkit dan berkontribusi menghidupkan kembali roda perekonomian.
"Diharapkan dengan new normal, kinerja perusahaan yang tadinya turun karena terhambat selama tiga bulan dapat kembali bangkit. Harapannya, kuartal III/2020 ekonomi sudah menanjak kembali," imbuhnya.