Bisnis.com, JAKARTA - PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) bakal blak-blakan soal riuh tagihan listrik yang dianggap membengkak selama pandemi virus corona (Covid-19).
Dalam forum Dialog Bisnis "Tagihan Listrik Naik Selama Pandemi? Yuk Tanya PLN!", Senior Executive Vice President Bisnis & Pelayanan Pelanggan PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) Yuddy Setyo Wicaksono,menjelaskan duduk perkara yang sebenarnya. Diskusi virtual ini akan dipandu oleh Jurnalis Senior Bisnis Indonesia Hery Trianto.
Sabtu (6/6/2020), PLN memastikan akan menyiapkan skema perlindungan lonjakan tagihan untuk mengantisipasi lonjakan drastis yang dialami oleh sebagian konsumen. Hal ini dilakukan akibat pencatatan rata-rata tagihan menggunakan rekening 3 bulan terakhir.
Baca Juga
Direktur Niaga dan Manajemen Pelanggan PLN Bob Saril mengatakan dengan melalui skema ini, lonjakan yang melebihi 20 persen akan ditagihkan pada bulan Juni sebesar 40 persen dari selisih lonjakan dan sisanya dibagi rata tiga bulan pada tagihan berikutnya.
"Langkah ini sudah dipersiapkan jauh-jauh hari oleh PLN, dengan mempertimbangkan adanya keluhan pada sebagian pelanggan di unit-unit pembayaran PLN termasuk keluhan yang disampaikan melalui media ataupun media sosial," ujarnya, Sabtu (6/6/2020).
Mengapa pembayaran angsuran kenaikan tagihan hanya 3 bulan, tidak 10 bulan karena masih PSBB?
Senior Executive Vice President Bisnis & Pelayanan Pelanggan PT PLN ( PLN) Yuddy Setyo Wicaksono menegaskan saat ini kebijakan tersebut untuk tiga bulan saja.
"Nanti ada masukan tersebut akan kami lakukan kajian, plus minusnya dan sebagainya," ucapnya.
Yang dilakukan angsuran tersebut, dia berharap tak menambah pembengkakkan tagihan listrik di bulan-bulan berikutnya.
"Sehingga yang dilakukan angsuran adalah yang carry over bulan-bulan sebelumnya yang tak tercatat. Kalo pencatatan sesuai pemakaian ya dibayar sesuai waktunya," tuturnya
Yuddy menambahkan yang menjadi kontrol PLN saat ini agar tak terjadi catat meter rata-rata.
"Karena kalau ada catat meter rata-rata kalau terjadi kenaikan tak tercatat dan dibebankan pada bulan berikutnya. Dan terasa berat,"
Oleh karena itu, pemakaian dibulan Mei ini atau rekening Juni, PLN serentakan pencatatan meter dilakukan oleh tenaga catat meter.
"Walaupun ada pager tertutup dan sebagainya, sebagian kecil saja. Harapan kami, kita kerjasama dengan pelanggan, pelanggan bersedia menempel bacaan stan meternya atau melaporkan melalui WA kami berapa stan meter yang ada di pelanggan itu, atau catat mandiri. Ini kerjasama yang baik," terangnya
Dia berharap sudah tak ada pencatatan rerata sehingga pencatatan betul-betul sesuai dengan pemakaian.
"Ini harapan kami ke depan sehingga perlu ada kerjasama ke depan,"
Selama ini, PLN mencatat kekurangan PLN. Namun pihaknya enggan membeberkan lebih lanjut langkah apa saja yang akan dilakukan PLN ke depan.
"Ada berapa waktu ke depan dari PLN memberikan sesuatu hal yang bermanfaat bagi pelanggan. Di PLN mobile nanti akan jelas fitur-fitur yang dibutuhkan oleh pelanggan. Tidak sekarang kami sampaikan, pada saatnya nanti tunggu waktunya, PLN akan launching fitur-fiturnya,"
Yuddy berharap semakin lama PLN akan semakin bagus melayani pelanggan. Seluruh feedback dari pelanggan, akan digunakan untuk memperbaiki PLN ke depan.
"Ini agar kami semakin baik. Utamanya kami bisa melayani pelanggan 24 jam sehari, 7 hari seminggu, dan 365 hari dalam setahun demi pelanggan, anytime 24 hours kami siap, agar pasokannya cukup,"
PLN, lanjutnya, apabila terkait dengan mutu pelayanan tak sesuai dengan target. PLN siap akan membayar pinalti. Pinalti ini diberikan sebagai hak pelanggan.
Senior Executive Vice President Bisnis & Pelayanan Pelanggan PT PLN ( PLN) Yuddy Setyo Wicaksono mengatakan saat ini masih sedikit pelanggan yang mendownload PLN mobile.
"PLN Mobile sedang kami garap dan lebih diimprove lagi. Nanti akan kami perkenalkan. Harapan kami akan bertambah banyak pelanggan PLN yang mengakses dan mendownload PLN mobile tadi,"
Dia berharap dengan PLN mobile yang baru ini akan dapat dirasakan dan dibutuhkan para pelanggan sehingga para pelanggan ini akan setia menggunakan PLN mobile ini.
"Nanti akan ada saatnya kami sampaikan the new pln mobile. The new PLN mobile nantinya ada notifikasi rincian pemakaian pelanggan," katanya.
Adapun para pelanggan dapat mendownload PLN mobile melalui app store atau play store.
Senior Executive Vice President Bisnis & Pelayanan Pelanggan PT PLN ( PLN) Yuddy Setyo Wicaksono mengatakan ada tantangan pencatatan sebelum adanya Covid-19, yakni banyak kejadian petugas PLN kesulitan mencatat penggunaan listrik pelanggan karena pagarnya dikunci.
"Ga mungkin kami loncat untuk catat. Lalu ada binatang peliharaan yang dianggap galak, sehingga petugas tidak mungkin masuk dan catat meter," ujarnya.
Hal-hal macam inilah yang membuat petugas kesulitan mencatat meter listrik. Dia pun berharap pelanggan melakukan penulisan di pagar, sehingga petugas tetap bisa mencatat pemakaian listrik.
Sementara itu, dari sisi memudahkan akses data, pelanggan diminta mengunduh aplikasi PLN Mobile sehingga dapat memantau pemakaian dan tagihan. "Kalo ada yang tak sesuai bisa laporksn ke contact center," tambahnya.
Program stimulus diskon 100 persen untuk pelanggan 450 voltampere dan 50 persen 900 VA bersubsidi datang dari pemerintah. Selisih pendapatan atau kehilangan karena diskon akan diganti oleh pemerintah.
"Pemakaian April kami tagihkan ke pemerintah di bulan Mei. Kami tak mencari gantinya krena sudah diganti oleh pemeirntah. Ini program bagus. PLN tak mungkin menaikan tarif listrik tanpa izin dari pemerintah. data tdl dari pemerintah disetujui oleh DPR," katanya.
Jadi, Yuddy memastikan rumor subsidi silang tidak benar.
PLN sebagai BUMN, berupaya memberikan feedback apapun untuk kemajuan dan pelayanan perseroan. "Apapun pertanyaan kritik suatu hal positif bagi kami. Sejauh ini contact center 123 disiapkan data-data ID pelanggan," tutur Yuddy.
Untuk mengetahui berbagai hal, pelanggan wajib memberikan data yang lengkap. Dengan begitu posko pengaduan PLN akan memberikan penjelasan sejelas-jelasnya. "Kami akan follow up. Biar clear," katanya.
Untuk mengetahui pemakaian listrik, sebenarnya pelanggan bisa melihat pola siang - sore di kantor, sementara malam di rumah. Untuk siang hari, pemakaian listriknya tidak terlalu banyak, karena kegiatan di rumah. Sementara di tengah pandemi, kebanyakan orang berada di rumah. Banyak aktivitas yang dilakukan di rumah.
"Menonton di rumah, main gim di rumah dan sebagainya. Hiburan menghindari keluar rumah dan berhubungan konsumsi listrik. Tak semua pelanggan sebenarnya mengalami kenaiakan, ada juga yang turun, mungkin ada juga menghemat yang dibutuhkan," katanya.
Menurutnya, untuk meningkatkan kehematan AC dimatikan jika tidak digunakan begitu juga perangkat elektronik lainnya. Banyak juga pelanggan yang menghemat. Jumlah yang naik ga besar datanya cuman 6 persen," katanya.
Senior Executive Vice President Bisnis & Pelayanan Pelanggan PT PLN ( PLN) Yuddy Setyo Wicaksono mengatakan pihaknya selalu melakukan pengecekan ke lapangan. Secara logika sepertinya mustahil rumah yang kosong tetapi tagihan meningkat.
"Kami tak akan menambah dan tak mungkin menaikkan tarif listrik karena kebijakan ini dilakukan pemerintah dan persetujuan DPR. Ada pengawas yang memantau kami, BPK, Autidor, DPR dan sebagianya," tambahnya.
Jika ke depan ada kelebihan pembayaran atas tagihan yang ada, PLN berjanji melakukan pengurangan pada tagihan listrik bulan berikutnya. "Kalau dicatat baca meter lebih rendah, dan tagihan berikutnya kami kembalikan," katanya.
Selain itu, nantinya jika ada perbedaan tagihan, pihaknya akan memberitahukan invoice billing dan dikembalikan ke pelanggan.
"Kami clear. Cicilan pun tagihan. Sekian yang 60 persen diangsur 3 bulan. kami sampaikan di tagihan pelanggan," katanya.
Yuddy menjelaskan, PLN memiliki posko pengaduan dan contact center 123. "Kalau menanyakan PLN ke 123 kami punya data, ID pelanggan kita punya riwayat, kapan dicatat, ada foto dan kani bisa menjelaskan," jelasnya.
Selain itu, untuk memastikan lonjakan sesuai dengan penggunaan, pelanggan bisa baca meter listriknya. "PLN perushaaan transparan. Meter kami ada di pelanggan, dan pelanggan bisa lihat berapa pemaiakannya," katanya.
Tidak hanya itu, pelanggan bisa melakukan pengecekan pada website PLN dan PLN 123 ataupun mengunggah aplikasi PLN Mobile dengan memasukkan ID pelanggan dan muncul berapa kwh meter itu.
"PLN mobile bisa mencocokan meter dirumahnya. Contact center lebih rendah daripada di meter. Kemungkinan dicatat bebeberapa hari lalu," katanya.
Yuddy menambahkan misalnya ada perbedaan tagihan dan pemakaian, pihaknya mempersilahkan pelanggan melakukan koreksi ke concact center PLN. "Kami berusaha jelaskan di 123 dan aktif menjawab keluhan di media sosial," ujarnya.
Yuddy memberi contoh pebagian penagihan listrik yang mengalami lonjakan pemakaian. Misalnya saja, ada tagihan Rp1 juta, berdasarkan rata-rata pelanggan akan membayar Rp1 juta pada Maret. Padahal pada bulan itu pemakaian mencapai Rp1,6 juta, sehingga Rp600.000 dibayarkan pada rekening Juni.
Hanya saja, agar tidak membebani, pada tagihan listrik Juni, pelanggan akan membayar 40 lonjakan pemakaian listrik atau sebesar Rp240.000. Selanjutnya sisanya akan dibayarkan pada tiga bulan berikutnya.
Total kenaikan konsumsi listrik sebanyak 4,3 juta terhadap total konsumen pasca bayar sebanyak 34,5 juta atau berkisar 12,4 persen. Tagihan listrik yang naik dari total konsumen pascabayar lebih dari 20 persen. Kemudian dari yang naik tagihan listriknya lebih dari 200 persen hanya sekitar 6 persen dari total 4,3 juta.
"Terbanyak antara 20 persen - 50 persen, sebanyak 2,4 juta. Di bawah 50 persen ya. paling banyak di situ. Pembengkakan 200 persen atau 5 kali atau 10 kali itu jumlahnya kecil," katanya.
Jika melihat kenaikan konsumsi listrik rumah tangga sebelum Covid-19 dan sesudahnya hanya sebesar 1,8 persen untuk 34,5 juta pelanggan pascabayar. Adapun total keseluruhan pelanggan rumah tangga sebanyak 70,4 juta.
Yuddy juga memberikan solusi untuk 6 persen pelanggan yang mengalami kenaikan tagihan listrik. Menurutnya, kondisi rekening listrik bulan lalu mengalami lonjakan. Melihat hal itu, PLN akan membuat antisipasi agar tidak membebani pelanggan.
"Solusi, kwh yang tercatat akibat rerata tadi di rekening April dan Mei bisa diangsur selama 3 kali ato 3 bulan dengan rumusan dan hitungannya. 60 Persen dari kenaikan dicicil 3 bulan mulai Juli, Agustus dan September. Lalu 40 persen dibayar bulan ini. Dengan angsuran ini bisa meringankan pelanggan," tambahnya.
PLN mengakui konsumsi listrik rumah tangga tercatat meningkat. "WFH ini kita ketahui, seluruh keluarga ada dirumah, Orang Tua biasanya ke kantor, sekarang di rumah. Anak-anak biasanya di sekolah, sekarang di rumah. Biasanya melakukan kegiatan di rumah sore atau malem, sekarang WFH, pagi, siang dan sore ada di rumah," tutur Yuddy.
Kedua, pada Mei ada Ramadan. Menurut Yuddy, pada bulan Ramadan, konsumsi rumah tangga naik. "Kenapa? kita masak pas bangun lebih awal [sahur]," tambahnya.
Jika sebelum WFH pencatatan meter listrik rerata berdasar pemakaianannya 3 bulan sebelumnya, maka seakan kenaikan konsumsi listrik selama pada April dan Mei seakan tidak terlihat. "Ini enegri yang belum dicatat atau dibayar. Mei juga begitu pencatatan rerata Juni, ada kwh yang belum dicatat dan dibayar," katanya.
Untuk tagihan Maret atau saat PSBB diberlakukan di sejumlah daerah, penghitungan sudah menggunaan rerata tiga bulan terakhir. Selanjutnya, pemakaian listrik Maret rekening dibayarkan pada April. Lalu untuk pemakaian April, PLN mengumumkan pelanggan pencatatan mandiri.
Hal itu, bisa dilakukan melalui whatsapp ataupun sosialisasi. "Kalo pelanggan ga kirim via WA ya kami catat meter rerata 3 bulan. Pemakanan Mei rekening Juni dengan baca meter tanpa rerata 3 bulan, [kami] langsung baca meter," kata Senior Executive Vice President Bisnis & Pelayanan Pelanggan PT PLN ( PLN) Yuddy Setyo Wicaksono.
Dengan begitu, untuk pemakaian dengan rerata di rekening April dan Mei dibayarkan dalam perhitungan rata-rata tiga bulan.
Senior Executive Vice President Bisnis & Pelayanan Pelanggan PT PLN ( PLN) Yuddy Setyo Wicaksono mengatakan ada beberapa cara pencatatan meter yang dilakukan PLN. Untuk penghitungan Maret dilakukan rerata tiga bulan terakhir.
Hal ini diambil untuk menegakkan PSSB, dan mendukung program pemerintah memutus mata rantai Covid-19. "Bukan kami ga mau bergerak. Tantangan ke depan, kita mau memutus mata rantai. Demi keselamatan pelanggan dan petugas kami," katanya. dalam Dialog Bisnis bertajuk Tagihan Listrik Naik Selama Pandemi? Yuk Tanya PLN!, Senin (8/6/2020).
Menurutnya, kendati terjadi PSBB di sejumlah daerah, PLN tetap siaga untuk mengatasi gangguan. "Kami betul betul melayani pelangggan sebaik-baiknya dan melakukannya dengna protokol kesehatan pelanggan," tambahnya