Bisnis.com, JAKARTA - Industri gula nasional dinilai masih terus menjalankan produksi seperti keadaan normal dalam situasi pandemi Covid-19. Adapun, Kementerian Perindustrian (Kemenperin) belum melihat adanya penyimpangan produksi pada industri gula domestik untuk kebutuhan industri.
Seperti diketahui, produk gula di dalam negeri dibagi menjadi dua, yakni gula kristal putih (GKP) untuk kebutuhan rumah tangga dan gula kristal rafinasi (GKR) untuk kebutuhan pabrikan. Kemenperin meramalkan hasil porduksi GKR lokal pada semester II/2020 dapat mencapai 1,6 juta ton.
"Memang baru perkiraan karena diharapkan dengan new normal industri makanan dan minuman bisa tumbuh dan tahun ini [industri makanan dan minuman] diperkirakan bisa tumbuh 4 persen [secara tahunan]," ujar Direktur Jenderal Industri Agro Kemenperin Abdul Rochim kepada Bisnis, Minggu (31/5/2020).
Jika dibandingkan dengan tahun lalu, target pertumbuhan industri mamin kembali turun pada tahun ini. Seperti diketahui, Gabungan Pengusaha Makanan dan Minuman (Gapmmi) menargetkan dapat mencatatkan pertumbuhan volume produksi di sekitar 9 persen pada akhir 2020 setelah tahun sebelumnya hanya tumbuh sekitar 7,9 persen.
Namun demikian, target di angka 4 persen masih lebih rendah dari revisi target pertumbuhan Gapmmi di level 5 persen. Rochim berujar hal tersebut disebabkan oleh efek pandemi Covid-19 yang dinilai akan berefek pada proses produksi hingga akhir tahun ini.
"Saya masih melihat [efek] kondisi Covid-19 sampai Desemberr. Saya moderat saja, 4 persen rasanya realistis," ucapnya.
Rochim mendata pabrikan gula di dalam negeri berhasil memproduksi sekitar 1,55 juta ton GKR. Produksi tersebut terjadi karena pabrikan besar makanan dan minuman (mamin) tidak mengalami deviasi produksi.
Terpisah, Direktur Industri Makanan, Hasil Laut, dan Perikanan Kemenperin Enny Ratnaningtyas mencatat produksi GKR pada kuartal I/2020 mencapai 731.611 ton. Menurutnya, produksi GKR masih sesuai dengan target akhir tahun yakni sekitar 3 juta ton.
"[Serapan GKR] kelihatannya tidak ada masalah, justru mereka [pabrikan GKR] produksi terus untuk memnuhi kebutuhan [industri] mamin yang sudah kontrak sebelumnya untuk memnuhi kebutuhan lebaran," ucapnya kepada Bisnis.
Enny melanjutkan pabrikan GKR pun optimistis masih akan melakukan proses produksi secara normal hingga akhir semester I/2020. Setelah itu, ujar Enny, pihaknya akan mendorong industri kecil dan menengah (IKM) mamin untuk melakukan distribusi secara daring.
Enny mencatat selama masa pandemi industri mamin berskala besar masih berjalan normal, namun IKM mamin mengalami penurunan produksi.
Di sisi lain, Enny mengamati adanya peningkatan permintaan oleh konsumen melalui toko daring. Oleh karena itu, Enny meminta agar pelaku IKM untuk selalu melakukan inovasi produk dan melakukan penjualan daring.
"Sehingga, bahan baku seperti GKR tetap terserap. [Namun demikian,] saya belum cek semester ke depan ini [permintaan GKR seperti apa]," ucapnya.
Sementara itu, Ketua Umum Gapmmi Adhi S. Lukman menyampaikan belum terjadi adanya kekurangan GKR di pabrikan pada semester I/2020. Di sisi lain, Adhi menilai seharusnya izin impor GKR untuk kebutuhan semester II/2020 sudah diterbirkan.
"Terus terang, [sepanjang] tahun ini [berjalan] boleh dibilang tidak ada kekosongan GKT. Jadi kebutuhan 1,6 juta ton di semester II/2020 itu harapannya [dipercepatn izinnya]. Meskipun ada kelebihan, itu sedikit dan jadi carry-over stock pada 2021," ucapnya.