Bisnis.com, JAKARTA — Indonesia Iron and Steel Industry Association mendata utilisasi pabrikan pada April—Mei telah merosot mengikuti kontraksi permintaan. Namun, asosiasi belum akan merivisi target produksi.
Ketua Umum Indonesia Iron and Steel Industry Association Silmy Karim mengatakan bahwa permintaan pada industri hulu baja telah anjlok 50 persen—60 persen pada April—Mei 2020 secara tahunan. Namun, pihaknya belum akan merevisi proyeksi produksi baja hingga akhir tahun.
"Saya tidak mau berandai-andai, apalagi berpikir negatif. Kami akan antisipasi dan persiapkan sebaik-baiknya saja. Kami akan menunggu realisasi pasar pada Juni 2020," katanya kepada Bisnis, Jumat (29/5/2020).
IISIA berharap agar kondisi pasar baja nasional akan kembali seperti normal. Oleh karena itu, pihaknya akan fokus mendukung industri hilir baja dan pengguna baja saat protokol pembatasan sosial berskala besar (PSBB) terjadi.
Menurut Silmy, asosiasi akan memastikan kelancaran rantai pasok saat pasar kembali bergerak. Sementara itu, pabrikan baja nasional tidak menggunakan strategi mempertebal produksi alokasi ekspor lantaran permintaan pasar global juga terkontraksi.
"Kalau untuk baja, isunya menjaga pasar domestik agar tidak terkena banjir impor [baja]," ucapnya.
Baca Juga
Sampai saat ini, katanya, pabrikan hulu baja masih belum melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) maupun merumahkan tenaga kerja. Menurutnya, pabrikan mengalihfungsikan tugas tenaga kerja dari produksi menjadi maintenance mesin.
Di sisi lain, Silmy yang juga menjabat sebagai Direktur Utama PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. menyatakan bahwa industri hilir dan industri pengguna akan menjaga agar tetap beroperasi.
Pabrikan, katanya, harus bersiap untuk melakukan antisipasi jika penanganan pandemi Covid-19 berlarut agar tetap bisa menjaga proses produksi.
Menurutnya, antisipasi tersebut penting lantaran karakteristik industri baja yang sulit kembali ke keadaan normal.
"Apabila industri sempat mati, maka akan sulit untuk dihidupkan kembali karena dibutuhkan usaha ekstra dan bisa memakan waktu lama serta biaya lebih besar untuk memulihkannya," ujarnya.
Maka dari itu, Silmy berharap supaya kondisi perekonomian pada semester II/2020 akan membaik.