Bisnis.com, JAKARTA - Sektor properti dihadapkan pada wacana penerapan tatanan hidup baru atau new normal menyusul belum teratasinya wabah virus corona jenispenyebab Covid-19 di Indonesia.
Konsep new normal memungkinkan sejumlah sektor bekerja seperti semula, akan tetapi dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat.
Dengan demikian, sektor properti harus menyesuaikan dengan keadaan baru tersebut baik dalam hal pemasaran, penjualan, hingga proses transaksi yang berkaitan dengan perbankan, Badan Pertanahan Nasional, notaris maupun yang lainnya.
Wakil Ketua Umum DPP Persatuan Perusahaan Realestat Indonesia (REI) Rusmin Lawin menyatakan bahwa butuh kesiapan mental dari para pelaku usaha properti jika konsep new normal diterapkan di Tanah Air.
"Kesiapan pertama soal mental. Mental kita harus benar-benar bisa berpikir bagaimana bekerja dengan menggunakan cara yang efektif dan efisien. Efektif dalam pencapaian target dan efisien dari sisi waktu," katanya pada Bisnis, Jumat (22/5/2020).
Dalam kondisi normal, proses transaksi properti lumrah dilakukan secara tatap muka atau secara konvensional. Hanya saja, adanya wabah virus corona yang sebelumnya tak terbayangkan ini menuntut pengembang properti berpikir secara kreatif agar produknya dapat terus diserap pasar.
Rusmin menyatakan bahwa saat ini tak banyak pengembang properti yang secara sadar menerapkan teknologi. Padahal, penerapan teknologi merupakan investasi jangka panjang bila bercermin dari fenomena seperti saat ini.
"Dengan demikian, semua perusahaan harus menerapkan teknologi yang berbasis digital dan pemerintah juga harus mendorong agar infrastruktur teknologi itu benar-benar diprioritaskan," katanya.
Dia juga mengatakan bahwa sektor properti sebetulnya bisa menjadi leading sector dalam hal penerapan teknologi yang lebih efisien dan efektif. Hanya saja, kata dia, selama ini pasar tersebut sangat terbatas dan pelaku usaha masih ragu dalam hal penerapan.
CEO Indonesia Property Watch Advisory Group Ali Tranghanda mengatakan bahwa pola bisnis sektor properti dipastikan berubah jika fase new normal diterapkan.
"Pastinya berubah. Perilaku saat ini yang meminimalisir tatap muka atau interaksi langsung. Jadi peran digital akan sangat strategis. Disruption technology akan semakin cepat," katanya kepada Bisnis.
Namun demikian, kata Ali, tidak semua terbiasa dalam menghadapi perubahan serba cepat ini mengingat interaksi secara digital dinilai tidak selalu memuaskan bagi sebagian konsumen.
"Karena karakter pembelian properti dengan interaksi bertemu langsung tidak akan bisa tergantikan dengan digital," katanya.
Ali menyatakan bahwa sebetulnya dengan interaksi digital relatif akan lebih efisien bagi pembeli dan penjual untuk melakukan interaksi awal. Meskipun, katanya, proses transaksi properti tak dipungkiri memang memerlukan temu secara fisik secara langsung apa pun kondisinya.