Bisnis.com, JAKARTA — Pelaku usaha ritel modern memperkirakan penjualan produk selama Ramadan dan Idulfitri tahun ini tidak akan membukukan capaian sebagaimana kondisi normal. Hilangnya kontribusi penjualan selama periode ini dipastikan akan mempengaruhi pertumbuhan transaksi sepanjang tahun.
Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Roy Nicholas Mandey memasang target pertumbuhan penjualan pada tahun ini di kisaran 3–4 persen. Pertumbuhan ini lebih lambat dibandingkan tahun 2019 lalu yang mencapai 8,5 persen dengan nilai total Rp270 triliun.
"Di Aprindo kontribusi Ramadan dan Idulfitri bisa mencapai 40 persen dari total selama setahun dalam kondisi normal. Dengan adanya pandemi penurunan bisa mencapai 50 persen," ujarnya kepada Bisnis, Minggu (17/5/2020).
Penurunan penjualan ini terjadi seiring diberlakukannya kebijakan pembatasan sosial skala besar (PSBB).
Roy menjelaskan terdapat lini usaha yang terdampak langsung dengan pendapatan yang hilang mencapai 90 persen. Terdapat pula segmen yang tak terdampak langsung dengan penurunan penjualan sebesar 50 persen.
"Untuk ritel modern yang terdampak langsung seperti department store dan specialty store karena gerai harus tutup, pendapatan bisa hilang sampai 90 persen sementara 10 persen lainnya ditopang penjualan daring," ujar Roy.
Baca Juga
Adapun lini usaha yang kehilangan pendapatan sebesar 50 persen disebutnya mencakup ritel modern yang menjual kebutuhan sehari-hari (groceries). Penurunan sendiri terjadi lantaran berkurangnya aksi pembelian tak terencana (impulse buying) dan berkurangnya nilai transaksi (basket size).
"Padahal dari impulse buying akibat adanya promo dan diskon ini bisa menyumbang sampai 40 persen dari total transaksi. Masyarakat saat ini cenderung berbelanja sesuai kebutuhan yang sudah direncanakan saja," lanjut Roy.
Head of Public Affairs PT Matahari Putra Prima Tbk (MPPA) Fernando Repi membenarkan bahwa penjualan selama Ramadan dan Idulfitri tahun ini cenderung menurun dibandingkan dengan kondisi normal. Dia memperkirakan penurunan berkisar di angka 50 sampai 60 persen dibandingkan tahun lalu.
"Dalam kondisi normal masyarakat akan tetap berbelanja, tidak hanya groceries tapi juga elektronik dan pakaian. Namun sekarang cenderung mengurangi konsumsi," ujar Fernando.
Dia menjelaskan bahwa perusahaan kini terus mengoptimalisasi penjualan melalui kanal daring yang sejauh ini memiliki kontribusi sebesar 12 persen. Meski kontribusi penjualan daring cenderung meningkat dibandingkan dengan tahun lalu, Fernando mengatakan kondisi tersebut tetap belum bisa mensubtitusi nilai transaksi penjualan nondaring.