Cari berita
Bisnis.com

Konten Premium

Bisnis Plus bisnismuda Koran Bisnis Indonesia tokotbisnis Epaper Bisnis Indonesia Konten Interaktif Bisnis Indonesia Group Bisnis Grafik bisnis tv

Morgan Stanley: Defisit Anggaran Indonesia 2020 5 Persen, Bagaimana Negara Lain?

Morgan Stanley juga memperkirakan defisit fiskal negara kawasan Asia non Jepang (AxJ) secara konsolidasi akan melebar dari -7,8 persen dari PDB 2019 menjadi -10,8 persen dari PDB pada 2020.
Annisa Sulistyo Rini
Annisa Sulistyo Rini - Bisnis.com 12 Mei 2020  |  13:40 WIB
Morgan Stanley: Defisit Anggaran Indonesia 2020 5 Persen, Bagaimana Negara Lain?
Gedung Morgan Stanley. - Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Morgan Stanley memperkirakan defisit anggaran Indonesia berada di level 5 persen pada tahun ini dan 3,5 persen pada 2021.

Dalam riset yang berjudul Which Economy Emerges First on the Path to Recovery? yang ditulis oleh Deyi Tan, Zac Su, Jin Choi, dan Jonathan Cheung tersebut, Morgan Stanley mengatakan Indonesia bersama India menjadi negara kawasan Asia non Jepang (AxJ) yang berpotensi memiliki keterbatasan dalam ruang kebijakan fiskal untuk menekan dampak virus corona (Covid-19).

India memiliki rasio utang terhadap PDB sebesar 70 persen, atau tertinggi dari kelompok negara Asia kecuali Jepang (AxJ). Sementara itu, rasio utang Indonesia masih rendah, yaitu 30 persen dari PDB. Namun, kondisi CAD dan rasio pembiayaan terhadap simpanan menjadi kendala yang mempengaruhi defisit fiskal.

"Menurut pandangan kami, hal ini menjadi pendorong mengapa kebijakan berubah beberapa waktu terakhir, yang memperbolehkan Bank Indonesia untuk membeli SBN di pasar perdana sebagai last resort backstop," demikian yang tertulis dalam riset tersebut.

Morgan Stanley juga memperkirakan defisit fiskal negara kawasan  AxJ secara konsolidasi akan melebar dari -7,8 persen dari produk domestik bruto (PDB) 2019 menjadi -10,8 persen dari PDB pada 2020.

Pelebaran defisit fiskal itu didorong oleh Hong Kong, Singapura, India, Indonesia, dan China. Menurut riset tersebut, apabila penurunan angka infeksi virus corona (Covid-19) berlangsung dalam 12 hingga 18 bulan mendatang, sebagian besar negara AxJ masih memiliki ruang kebijakan untuk memberikan dukungan pertumbuhan ekonomi, terutama dari sisi fiskal.

"Dibandingkan dengan Amerika Serikat yang rasio utangnya 107 persen dari PDB dan Eropa 84 persen dari PDB pada kuartal IV/2019, negara AxJ lebih rendah rasionya, yaitu sekitar 30-55 persen kecuali India. Dengan demikian, masih ada ruang untuk kebijakan," tulis riset tersebut.

Selain itu, defisit fiskal negara-negara AxJ masih terjaga, dengan kisaran angka -3,5 persen dari PDB pada tahun lalu, kecuali China dan India. Morgan Stanley pun memandang negara seperti Singapura, Hong Kong, Taiwan, dan Korea Selatan merupakan negara dengan ruang paling besar untuk kebijakan fiskal. Diikuti oleh Thailand, Filipina, Malaysia, dan China. Kemudian, India dan Indonesia.

Sebelumnya, Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menjelaskan pada tahun ini pemerintah akan menjaga defisit di level 5 persen atau lebih rendah dengan melakukan pengelolaan anggaran yang disiplin.

Sementara, defisit anggaran pada tahun depan ditargetkan sebesar 3 persen—4 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB), meskipun Perppu No. 1/2020 memberikan keleluasaan defisit anggaran hingga mencapai 5 persen sejak 2020—2022.

Berikut perkiraan defisit fiskal negara AxJ menurut Morgan Stanley:

Proyeksi Defisit Fiskal Negara Asia exclude Jepang (AxJ)
Negara20202021
China-12,3-11,2
Hong Kong-12,0-8,0
India-13,0-11,0
Indonesia-5,0-3,5
Korea-4,5-3,9
Malaysia-5,5-4,7
Filipina-6,0-5,5
Singapura-9,0-4,0
Taiwan-1,3-1,0
Thailand-3,5-4,0

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini, di sini :

asia morgan stanley defisit anggaran
Editor : Annisa Sulistyo Rini

Artikel Terkait



Berita Lainnya

    Berita Terkini

    back to top To top