Pengangguran Akibat Virus Corona Perparah Penurunan Daya Beli
Bisnis.com, JAKARTA— Penambahan pengangguran akibat virus corona disebut bakal memperparah penurunan daya beli masyarakat.
Ekonom Indef Enny Sri Hartati mengatakan penurunan daya beli sebenarnya telah tergambar dalam pertumbuhan konsumsi rumah tangga sejalan dengan penambahan kasus virus corona pada medio Maret 2020. Bila masalah pengangguran muncul, penurunan daya beli masyarakat bakal semakin parah.
Kementerian Keuangan telah memproyeksikan tingkat pengangguran terbuka (TPT) pada tahun ini berada di kisaran 7,3 persen—9 persen, masing-masing dengan skenario berat dan skenario sangat berat.
"Lalu, hanya dalam waktu setengah bulan, pertumbuhan konsumsi rumah tangga langsung drop dari 5 persen jadi sekitar 2 persen," ujar Enny kepada Bisnis, Selasa (5/5/2020).
Penurunan pertumbuhan konsumsi rumah tangga tersebut, lanjut Enny, ekuivalen dengan pertumbuhan ekonomi negara yang juga tercatat minus.
Baca Juga
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat pertumbuhan ekonomi Indonesia hanya mencapai 2,97 persen pada kuartal I/2020 secara tahunan. Angka tersebut merupakan salah satu yang terendah sejak 2001.
Enny menilai pemerintah harus memprioritaskan jaring pengaman sosial, tidak hanya secara finansial, tetapi juga penerapan.
Pasalnya, kata Enny, penurunan daya beli masyarakat salah satunya merupakan konsekuensi dari penerapan perlindungan sosial yang tidak berjalan dengan maksimal.
Menurutnya, langkah jaring pengaman sosial yang telah berjalan lebih dari satu bulan masih belum menjangkau masyarakat terdampak secara keseluruhan yang turut mendorong terjadinya penurunan daya beli.
"Kalau perlindungan sosial tepat sasaran, itu akan menahan penurunan daya beli masyarakat sehingga kegiatan produktif akan kembali menggeliat," kata Enny.