Bisnis.com, JAKARTA - Penutupan tempat wisata karena pandemi Covid-19 harus menjadi momentum bagi para pengelola destinasi untuk dapat mengevaluasi dan menata ulang tempat wisatanya.
Frans Teguh, Staf Ahli Bidang Pembangunan Berkelanjutan dan Konservasi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif mengatakan, pasca pandemi berlalu wisatawan akan lebih memperhatikan protokol wisata, terutama yang terkait dengan kesehatan, keamanan, kenyamanan, sustainable and responsible tourism, authentic digital ecosystem dan lainnya
"Hal-hal seperti ini akan menjadi platform kita ke depan, bagaimana pariwisata berkelanjutan jadi sebuah konsekuensi dari bagian pengembangan pariwisata," ujarnya dalam keterangan resmi, Rabu (6/5/2020).
Frans menjelaskan dalam penerapan pariwisata berkelanjutan sudah terdapat pedoman-pedoman yang dikeluarkan oleh Global Sustainable Tourism Council. Indonesia juga secara aktif berkoordinasi dengan UNWTO hingga terbentuknya Indonesia Sustainable Tourism Council (ISTC).
Pemerintah juga telah menyusun pedoman dalam penerapan pariwisata berkelanjutan yakni melalui Permenpar No.14/2016 tentang Pedoman Destinasi Pariwisata Berkelanjutan. Kemenparekraf juga telah memiliki kerangka kerja serta rencana aksi hingga sertifikasi yang bekerja sama dengan universitas.
"Hasilnya, sudah banyak sebenarnya penggiat pariwisata, pelaku desa wisata, serta komunitas yang telah berhasil menerapkan pariwisata berkelanjutan sehingga dapat memberikan nilai tambah dalam perkembangan ekonomi maupun pengembangan secara umum," katanya.
Baca Juga
Frans menegaskan kerja pariwisata berkelanjutan bukan hanya kerja sektoral, tapi juga harus menyeluruh baik masyarakat, pemerintah, akademisi dan lainnya. Momentum pandemi menjadi kesempatan untuk membenahi kembali dan menyiapkan strategi pariwisata berkelanjutan.
David Makes, Waketum Gabungan Industri Pariwisata Indonesia (GIPI) yang juga anggota ISTC menambahkan, pariwisata berkelanjutan akan menjadi peluang yang sangat besar ke depan, terutama pascapandemi, karena selain menjadi kebutuhan wisatawan dari sisi investasi juga tidak terlalu besar.
Dia mencontoh sungai-sungai di Venesia, Italia, yang biasanya dasar aliran sungai tidak pernah terlihat. Namun, kini menjadi sangat bening dan banyak ikan bahkan lumba-lumba yang masuk ke dalam area Venesia.
"Tanpa harus melakukan reinvestment secara besar-besaran tapi mengkapitalisasi yang sudah ada di sekitar destinasi namun dengan sedikit sentuhan berkelanjutan maka bisa melahirkan pariwisata baru baik sebagai destinasi maupun sebagai sebuah produk pariwisata,” tambahnya.