Bisnis.com, JAKARTA - Ekonom Bank Permata Josua Pardede memperkirakan ekonomi pada kuartal I/2020 akan tumbuh di kisaran 4,18 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) dari kuartal sebelumnya 4,97 persen (yoy).
Josua mengutarakan hampir seluruh komponen atau sektor ekonomi mengalami perlambatan pertumbuhan pada kuartal pertama tahun ini.
Dia memperincikan, salah satu penyumbang perlambatan berasal dari konsumsi rumah tangga, yang diperkirakan melambat ke kisaran 4,64 persen (yoy) pada kuartal I/2020 dari kuartal sebelumnya 4,97 persen (yoy).
"Beberapa data yang mengukur tingkat konsumsi rumah tangga cenderung bervariasi di mana laju pertumbuhan penjualan ritel pada periode Januari-Maret 2020 tercatat terkontraksi -5,4 persen (yoy) dibandingkan laju penjualan ritel pada kuartal I/2019 yang tercatat 10,1 persen (yoy). Indeks kepercayaan konsumen juga menunjukkan tren yang menurun signifikan," katanya, Senin (4/5/2020).
Adapun, impor barang konsumsi sepanjang kuartal I/2020 tercatat tumbuh 7,1 persen (yoy) dari kuartal sebelumnya yang tercatat 8,0 persen (yoy). Kredit konsumsi pada kuartal I/2020 juga tercatat melambat menjadi 5,4 persen (yoy) dari tahun sebelumnya yang tercatat 9 persen (yoy).
Josua menuturkan, pertumbuhan pembentukan modal tetap bruto (PMTB) pada kuartal I/2020 diperkirakan cenderung melambat menjadi 3,87 persen (yoy), yang mana investasi bangunan maupun non-bangunan cenderung melambat.
Baca Juga
Hal tersebut menurutnya terindikasi dari pertumbuhan penjualan semen yang terkontraksi -4,07 persen (yoy), dari tahun sebelumnya yang tercatat tumbuh 4,1 persen (yoy). Kontraksi ini menunjukkan investasi bangunan sepanjang periode Januari-Maret 2020 mengalami penurunan.
Di samping itu, investasi non-bangunan juga melambat, terlihat dari impor barang modal yang terkontraksi -13,1 persen (yoy). Penjualan alat berat juga diperkirakan turun ± 40-50 persen dibandingkan periode yang sama tahun yang lalu.
Konsumsi pemerintah diperkirakan stagnan dengan laju 0,7 persen (yoy) dari kuartal I/2019 yang tercatat 5,2 persen (yoy). Josua menilai perlambatan ini seiring dengan realisasi laju pertumbuhan belanja K/L yang tercatat melambat menjadi 11 persen (yoy) dari periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat 25 persen (yoy).
Josua menilai, surplus neraca perdagangan pada kuartal I/2020 mengindikasikan net ekspor pada komponen PDB di kuartal I/2020 diperkirakan cenderung meningkat dibandingkan net ekspor pada kuartal I/2019, di mana laju impor non-migas pada kuartal I/2020 tercatat terkontraksi -5,8 persen (yoy) sementara ekspor non-migas tercatat tumbuh 6,4 persen (yoy).
"Sementara itu, dari sisi produksi, secara umum mengalami perlambatan terindikasi dari laju penerimaan pajak PPh non migas pada kuartal I/2020 yang tercatat terkontraksi -3 persen, sedangkan pada periode kuartal I/2019 masih tercatat tumbuh 6,7 persen (yoy)," jelasnya.
Laju pertumbuhan sektor manufaktur juga diperkirakan tercatat tumbuh 3 persen (yoy). Penurunan kinerja sektor ini terindikasi dari penurunan PMI manufaktur per akhir kuartal I/2020.
"Aktivitas manufaktur yang melambat tersebut juga terindikasi oleh impor bahan baku yang masih mengalami kontraksi sekitar -2,8 persen (yoy) pada kuartal I/2020 ini," katanya.
Dia menambahkan, penurunan kinerja sektor manufaktur didorong oleh penurunan aktivitas manufaktur China akibat lockdown sehingga supply bahan baku untuk industri domestik cenderung terganggu pada akhir kuartal I/2020.