Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dampak PSBB: Makin Efisien, Belanja Balas Dendam Bantu Pemulihan

Penerapan PSBB untuk mencegah penyebaran virus corona membuat perilaku masyarakat berubah termasuk menjadi makin efisien dan itu membentuk kondisi “new normal”.
Suasana penutupan Jalan Asia Afrika saat Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Bandung, Jawa Barat, Jumat (17/4/2020)./Antara/M. Agung Rajasa
Suasana penutupan Jalan Asia Afrika saat Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di Bandung, Jawa Barat, Jumat (17/4/2020)./Antara/M. Agung Rajasa

Bisnis.com, JAKARTA – Penerapan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) untuk mencegah penyebaran virus corona membuat perilaku masyarakat berubah termasuk menjadi makin efisien dan itu membentuk kondisi “new normal”.

Meski demikian, kondisi normal baru termasuk masyarakat yang semakin efisien itu tidak akan menghalangi kebangkitan bisnis begitu pandemi Covid-19 usai.

Memang kondisi masyarakat berubah ke format normal baru yang makin efisien, tetapi, menurut Faradi Bachri, Agency Country Director, ADA in Indonesia, begitu pandemi corona usai, ada semacam “belanja balas dendam (revenge spending)” yang termasuk faktor yang mempercepat pemulihan kondisi bisnis.

Warga yang telah berbulan-bulan menahan diri untuk melakukan berbelanja termasuk melakukan perjalanan wisata atau kuliner, menurut dia, akan melampiaskannya dengan segera merealisasikan keinginan mereka walaupun kemudian menjalani kondisi normal baru yang lebih efisien dibandingkan dengan sebelum ada virus corona.

“Jadi, tidak perlu ada kekhawatiran dari pebisnis bahwa kondisi masyarakat yang semakin efisien akan menghalangi kebangkitan bisnis mereka,” tuturnya dalam online media workshop pada Kamis (30/4/2020).

ADA, singkatan dari analytics, data, dan advertising, merupakan bagian dari Axiata Group. ADA bergerak di bidang data dan artificial intelligence (AI) yang memberi layanan mendesain solusi bisnis dan pemasaran. ADA beroperasi di sembilan negara di Asia Tenggara dan Asia Selatan.

Gambaran bahwa akan ada “belanja balas dendam” itu, lanjut Faradi, terlihat dari lonjakan akses travel apps hingga 800 persen selama 2 bulan terakhir.

Sementara itu, Kirill Mankovski, Managing Director ADA in Indonesia, mengutarakan selain masyarakat, perusahaan juga harus bertindak efisien. ”Lakukan aktivitas di market dengan lebih efisien, termasuk dengan menetapkan target yang bersaing.”

Dia menegaskan bahwa dalam kondsi seperti sekarang, pebisnis tetap harus mencoba bergerak untuk mendapatkan pelanggan. “Jadi, campaigne harus ditingkatkan.”

Mankovski menjelaskan lebih lanjut bahwa perubahan perilaku juga terjadi dalam banyak hal. Secara spesifik dia menggambarkan mengenai crisis persona tentang the adaptive shopper dan working from home professional.

Mengenai the adaptive shopper, dia menyebutkan sejak social distancing diumumkan, penggunaan aplikasi belanja naik hingga 300 persen.

Aplikasi yang banyak digunakan adalah aplikasi belanja yang menjual berbagai macam kebutuhan sehari-hari, juga aplikasi khusus jual-beli barang bekas. Penggunaan aplikasi jenis ini mengalami puncaknya pada 21 – 22 Maret, hingga lebih dari 400 persen.

“Masyarakat Indonesia, terutama kelas menengah dan atas, telah beradaptasi dengan dunia baru ini. Mereka beralih ke cara-cara baru untuk dapat memenuhi kebutuhan dan keinginannya,” kata Mankovski.

Sementara itu, mengenai working-from-home professional, dia menjelaskan bagi sebagian besar pekerja di Indonesia, working-from-home sama seperti bekerja pada situasi normal.

Mereka tetap melakukan pekerjaan, kolaborasi, komunikasi, dan meeting seperti biasa. Hanya saja, semua pekerjaan dilakukan di rumah dengan bantuan aplikasi produktivitas.

Data ADA mencatat terdapat peningkatan penggunaan aplikasi produktivitas selama Maret, terutama setelah imbauan social distancing diumumkan.

Penggunaan aplikasi produktivitas naik hingga lebih dari 400 persen pada pertengahan Maret lalu. Aplikasi yang paling banyak digunakan adalah aplikasi screen recorder dan anti-virus.

“Setiap orang bereaksi dengan cara berbeda terhadap situasi krisis, seperti pandemi. Ini yang membuat perbedaan crisis persona di Indonesia dengan negara Asia Tenggara lainnya. Kami melihat masyarakat Indonesia cepat beradaptasi memenuhi kebutuhannya, dan berusaha tetap produktif,” tutur Mankovski.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper