Bisnis.com, JAKARTA - Ekonom Institute For Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira menantang debat staf khusus presiden sekaligus pendiri Ruang Guru Belva Devara terkait program Prakerja.
Dalam surat terbukanya, Minggu (19/4/2020), Bhima mengajak Belva selaku Staf Khusus Presiden sekaligus Alumnus Beasiswa LPDP untuk melakukan debat terkait Kartu Prakerja, konflik kepentingan, oligarki milenial, serta permasalahan bangsa lainnya terkait Covid-19.
“Tidak ada kepentingan apapun selain publik bisa memahami bagaimana milenial bisa berkontribusi secara nyata bagi perekonomian,” seperti dikutip dalam surat tersebut.
Debat akan dilakukan secara virtual yang akan disiarkan di sejumlah kanal media. Bhima akan menunggu respons untuk menyesuaikan dengan jadwal Belva.
Belum lama ini, isu soal penyalahgunaan wewenang staf khusus presiden mencuat. Belva dituding menyalahgunakan wewenang setelah perusahaannya menjadi salah satu mitra dalam program pelatihan Kartu Pra Kerja yang diadakan pemerintah.
Namun, Belva membantah tuduhan tersebut melalui akun twitter pribadinya. Dia mengatakan bahwa pemilihan mitra dilakukan secara independen oleh Kementerian Koordinator Perekonomian dan Manajemen Pelaksana.
“Perlu diluruskan bahwa kebijakan prakerja adalah bagian dari kampanye Presiden Jokowi dari pertengahan tahun 2019. Saya ditunjuk sebagai staf khusus November 2019. Kebijakan program prakerja sudah dilakukan sebelum saya menjadi staf khusus,” cuit Belva.
Bahkan Belva mengaku sudah siap mundur jika memang terbukti dirinya melakukan penyalah gunaan wewenang.
“Walau tidak ada yang dilanggar secara hukum, sebenarnya demi menghindari persepsi atau asumsi, saya siap dan sudah menawarkan untuk mundur. Namun keputusan mundur adalah keputusan besar dan harus didiskusikan dengan Istana. Jadi mohon dipahami bukan hanya masalah saya mau atau tidak,” tuturnya.
Belva bukan satu-satunya staf khusus yang disorot. Saat yang sama surat berkop istana yang mengatasnamakan Andi Taufan Garuda Putra yang juga merupakan CEO perusahaan pembiayaan Amartha beredar luas di jagad maya. Yang membuat netizen geram adalah lantaran isi surat tersebut juga berkaitan dengan program perusahaan.
REAKSI NETIZEN
Beredarnya undangan debat terbuka itu memacing reaksi beragam di jagad maya.
Pengamat Politik Burhanuddin Muhtadi menyebutkan dirinya siap menonton debat ini secara online.
"Siapa yang bersedia memfasilitasi debat online ini? saya siap menjadi penontonnya," kicau Burhanudin melalui akun @BurhanMuhtadi
Sementara penulis buku Konflik Politik dan Pembelahan Sosial Yusdi Usman menyebutkan debat harus diwujudkan untuk mempekuat ruang ide.
"Saya bangga jika generasi milenial memperkuat diskursus intelektual terkait permasalahan bangsa. Karena itu, tantangan debat @BhimaYudhistira kepada stafsus @AdamsBelva wajib disahuti," kicaunya melalui akun @yusdiusman.