Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Produksi Beras Diprediksi Turun, Opsi Impor Perlu Disiapkan

Musim tanam yang bergeser sampai produksi pada Januari sampai April yang tak setinggi tahun lalu berpeluang mengganggu realisasi produksi beras nasional pada tahun ini.
Petani memanen padi disawah garapannya di Bogor, Jawa Barat, Sabtu (11/4/2020). Bisnis/Abdurachman
Petani memanen padi disawah garapannya di Bogor, Jawa Barat, Sabtu (11/4/2020). Bisnis/Abdurachman

Bisnis.com, JAKARTA – Produksi beras tahun ini diperkirakan tidak akan sebaik 2019 lalu. Untuk itu dibutuhkan langkah antisipatif, salah satunya menyiapkan opsi impor demi mengamankan stok pada akhir tahun.

Ketua Umum Bank Benih dan Teknologi Tani (AB2TI) Dwi Andreas Santosa mengemukakan penurunan produksi hampir pasti terjadi akibat sejumlah faktor. Mulai dari musim tanam yang bergeser sampai produksi pada Januari sampai April yang tak setinggi tahun lalu.

"Tahun lalu puncak panen terjadi Maret dan April. Tahun ini April, mundur sebulan. Produksi selama empat bulan pertama tahun ini pun tak setinggi tahun lalu," ujar Dwi kepada Bisnis, Sabtu (18/4/2020).

Kondisi ini setidaknya tercermin dari kondisi harga gabah kering panen (GKP) yang tidak terlalu turun. Berdasarkan informasi yang dihimpun dari jaringan petani AB2TI, harga GKP pada Maret masih berada di atas harga pembelian pemerintah sebesar Rp4.200 per kilogram (kg). Padahal, harga GKP sempat menyentuh level Rp3.900 per kg pada puncak panen.

"Itu juga menandakan ada masalah pada produksi. Hanya turunnya berapa ini yang perlu diperhatikan," lanjutnya.

Puncak musim panen rendeng yang mundur disebut Dwi secara otomatis bakal memengaruhi masa tanam periode kedua yang mulai disiapkan jelang kemarau tiba. Dwi menjelaskan bahwa kondisi ini akan mengakibatkan turunnya luas tanam dan produksi panen gadu.

Menghadapi situasi ini, Dwi mengatakan hal yang bisa dilakukan pemerintah adalah menyiapkan data produksi yang akurat, termasuk potensi produksi masa tanam kedua sehingga neraca sampai akhir tahun bisa terlihat.

"Setidaknya mulai Juli potensi produksi masa tanam kedua bisa terlihat dari luasnya. Ini bisa menjadi acuan jika impor diperlukan," lanjutnya.

Jika potensi produksi telah diketahui, dia menjelaskan pemerintah perlu segera memutuskan apakah kebijakan penambahan stok melalui pengadaan luar negeri perlu dilakukan.

Mengenai kebijakan negara-negara pemasok pangan yang memberlakukan proteksi untuk menjaga stok dalam negeri, Dwi meyakini negara-negara tersebut hanya memberlakukannya untuk sementara.

"Bagaimanapun kalau stok mereka surplus mereka tidak akan menyimpan di dalam negeri. Pasti akan diekspor karena stok yang berlimpah di dalam negeri akan memengaruhi harga juga, kan?" imbunya.

Sementara itu, Kepala Badan Ketahanan Pangan (BKP) Agung Hendriadi meyakini bahwa stok beras Indonesia pada akhir tahun akan berada pada kondisi surplus. Hal ini setidaknya merujuk pada prognosis awal dari Badan Pusat Statistik (BPS) dengan metode kerangka sampel area (KSA).

Dalam prognosis tersebut, produksi selama periode September sampai Desember diperkirakan hanya berjumlah 6,51 juta ton beras dengan konsumsi mencapai 9,98 juta ton. Kendati demikian, terdapat carry over stok Agustus yang diperkirakan mencapai 8,24 juta ton sehingga masih terdapat stok akhir 2020 berjumlah 4,77 juta ton.

"Surplus sampai dengan Desember berjumlah 4,7 juta ton. Stok masih aman," kata Agung kepada Bisnis.

Dihubungi terpisah, Ketua Umum Kelompok Tani Nelayan Andalan (KTNA) Winarno Tohir tak memungkiri jika terdapat tantangan produksi, terutama pada kemarau mendatang. Kendati demikian, dia meyakini selama dukungan produksi dapat disediakan pemerintah, mulai dari benih yang cocok pada musim kering sampai pompa air, produksi masih bisa terjaga.

"Ada kebutuhan pupuk dan mesin-mesin pertanian untuk menaikan indeks pertanian agar cepat tanam kembali dan permodalan berupa KUR yang lancar. Bagaimanapun kami petani berusaha agar bisa mencukupi kebutuhan pangan nasional," kata Winarno.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper