Bisnis.com, JAKARTA – Meskipun puluhan pusat belanja terpaksa tutup untuk menghindari penyebaran virus Covid-19, Himpunan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia memastikan bahwa para penyewa masih tetap bertahan di pusat perbelanjaan yang ditempati.
Ketua Umum Himpunan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) Budihardjo Iduansjah mengatakan bahwa sampai dengan saat ini belum ada anggotanya yang melaporkan menarik diri dari pusat belanja yang ditempati dan berhenti menyewa ruang tempat berusaha.
“Jadi, yang bisa buka ya, tetap buka, yang enggak boleh ya, tutup, yang bisa take away ya, silakan, yang bisa jualan online juga banyak yang sudah melakukan,” ungkapnya kepada Bisnis, Jumat (17/4/2020).
Menurut Budihardjo, saat ini para anggota Hippindo tengah memaksimalkan penjualan melalui platform-platform dalam jaringan (daring). Namun, menurutnya, pemasukan dari penjualan daring masih tidak cukup untuk menutupi biaya operasional.
“Pemasukan melalui jualan online lewat marketplace, ojol, dan sebagainya sampai saat ini hanya 3 persen, terutama paling sempit [pemasukan] dari ritel tekstil,” jelasnya.
Hambatan demi hambatan telah dialami pelaku industri ritel sejak Januari, setelah dilanda banjir sehingga beberapa pusat belanja tidak bisa berkinerja maksimal, kini ditambah dengan Covid-19 yang mengancam keberlangsungan pusat perbelanjaan.
Baca Juga
Hippindo menyebutkan bahwa Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) telah menanggapi dengan memberi insentif berupa penundaan bayar sewa hingga tiga bulan ke depan dan berbagai variasi insentif lainnya bergantung pada kebijakan tiap-tiap pusat belanja.
“Jadi, kami sedang mendata juga anggota kami kalau mau mengajukan keringanan sewa bayar itu, mereka juga silakan masing-masing berurusan business to business kepada para pusat belanjanya,” ungkapnya.
Sementara itu, Hippindo sedang mengajukan permohonan kepada Kementerian Keuangan dan menunggu petunjuk untuk mendapat insentif kepada sektor ritel.
“Kami juga baru mendengar sektor ritel sudah dimasukkan untuk stimulus ekonomi selanjutnya, ini kami masih nantikan. Kalau berdampak panjang mungkin para stakeholders perlu melakukan diskusi agar industri ini bisa tetap berjalan dengan tanpa berpotensi melakukan penyebaran,” imbuhnya.