Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Konsumen Optimistis Wabah Corona Usai Mei  

Kendati diliputi oleh kecemasan akibat wabah corona beserta dampak negatifnya ke kondisi perekonomian nasional, sejumlah konsumen meyakini kondisi ini akan berakhir pada akhir Mei 2020.
Seorang pekerja laboratorium menunjukkan vial (tabung penampung cairan untuk kepentingan farmasi) yang digunakan dalam kit uji diagnostik virus corona di fasilitas produksi TIB Molbiol Syntheselabor GmbH di Berlin, Jerman, pada 6 Maret 2020./Bloomberg
Seorang pekerja laboratorium menunjukkan vial (tabung penampung cairan untuk kepentingan farmasi) yang digunakan dalam kit uji diagnostik virus corona di fasilitas produksi TIB Molbiol Syntheselabor GmbH di Berlin, Jerman, pada 6 Maret 2020./Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – Konsumen di Indonesia mencemaskan dampak wabah corona terhadap kehidupan sehari-hari mereka. Namun, sebagian konsumen meyakini kondisi tersebut akan berakhir pada Mei 2020

Hal itu tercermin pada hasil riset SurveySensum COVID-19 Consumer Behavior Track pada 20-27 Maret 2020.

“Konsumen Indonesia tentu cemas dengan situasi akhir-akhir ini. Sekitar 90 persen konsumen merasa kehidupan sehari-harinya terganggu sejak merebaknya Covid-19. Namun 45 persen di antaranya yakin bahwa situasi ini akan segera membaik. Mereka yakin dalam 2 bulan kita akan kembali normal. Ini artinya konsumen berharap pada akhir Mei 2020 situasinya sudah terkendali,” ungkap Rajiv Lamba, CEO Surveysensum seperti dikutip dari siaran persnya, Rabu (15/4/2020)

Dalam laporan tersebut, salah satu kekhawatiran terbesar di kalangan konsumen adalah apabila dia atau keluarganya terserang Covid-19. Setidaknya ada 70 persen konsumen yang mengkhawatirkan hal tersebut.

Kekhawatiran ini bukan saja menyangkut kesehatan konsumen dan keluarga besarnya, tetapi juga stigma sosial yang harus diterima.

“Bagi masyarakat Indonesia yang senang bersosialisasi, dampak sosial tidak kalah mengkhawatirkan dibanding dampak kesehatan Covid-19 itu sendiri. Mereka khawatir dikucilkan, tidak bisa bertemu dan bercengkerama dengan orang lain yang takut tertular Covid-19 selama berbulan-bulan,” lanjut Rajiv.

Dalam survei yang dilakukan terhadap 500 konsumen ini juga menangkap kepanikan 59 persen konsumen apabila toko-toko yang biasa mereka kunjungi kehabisan stok makanan dan kebutuhan pokok.

“Kekhawatiran tersebut mendorong perubahan perilaku konsumen secara signifikan. Konsumen kini lebih fokus pada gaya hidup dasar yang mengutamakan kesehatan dan higienitas,” lanjut Rajiv,

Dia menambahkan, perubahan terbesar ada pada meningkatnya jumlah konsumen yang membeli cairan pembersih tangan. Dalam hal ini angkanya melonjak hingga 85 persen.

Selain itu 55 persen konsumen yang disurvei oleh SurveySensum menyatakan lebih sering minum air dibandingkan sebelum Covid-19 merebak di Indonesia.

Mereka pun kembali ke prinsip dasar kesehatan dengan lebih sering mengkonsumsi makanan sehat seperti buah-buahan, sayur, dan vitamin. Konsumen yakin bahwa dengan mengkonsumsi makanan sehat dan vitamin dapat meningkatkan imunitas tubuh sehingga mereka terhindar dari Covid-19.

Di sisi lain, dalam laporan tersebut 18 persen konsumen justru lebih sering berolahraga.

“Konsumen memang menghindari pergi ke gim karena pembatasan sosial. Sebagai gantinya, mereka berolahraga di rumah atau di sekitar lingkungan rumahnya. Ini merupakan kesempatan bagi produsen perlengkapan olahraga untuk memfasilitasi konsumen berolahraga di rumah,” ujar Rajiv.

Menurutnya sementara aktivitas terkait kesehatan meningkat, aktifitas lain yang berhubungan dengan kegiatan sosial, hiburan di luar rumah, transportasi, dan jalan-jalan menurun drastis. Konsumen mengurangi aktifitas di luar rumah, keramaian, dan berkerumun untuk menghindari penularan Covid-19.

Berjalan-jalan di akhir pekan, misalnya, tidak lagi dilakukan oleh 77 persen konsumen di Indonesia. Tak jauh berbeda, 76 persen konsumen mengurangi frekuensi pergi ke mall dan sebanyak 73 persen konsumen tidak berlibur sejak darurat Covid-19. Aktifitas lain yang lebih jarang dilakukan konsumen yaitu berkumpul dengan teman-teman mereka serta makan di luar rumah.

Berkurangnya berbagai kegiatan di luar rumah, perilaku konsumen terhadap penggunaan alat transportasi pun ikut menurun.

Pada akhir Maret 2020 lalu 66 persen konsumen lebih jarang menggunakan jasa transportasi online baik Go-Jek maupun Grab, dan 65 persen konsumen mengurangi penggunaan transportasi umum. Sementara itu terdapat 39 persen konsumen yang lebih jarang menggunakan kendaraan pribadinya.

Di sisi lain dengan banyaknya konsumen yang bertahan di rumah merupakan kesempatan bagi industri digital untuk lebih berkembang lebih cepat. Konsumen lebih terbuka dengan dunia digital dan aktivitas daring. Selama masa darurat Covid-19, 70 persen responden SurveySensum COVID-19 Consumer Behavior Track menjajal setidaknya 1 kategori digital baru.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper