Bisnis.com, JAKARTA — Ketika melihat kondisi perekonomian nasional yang tengah terguncang karena adanya wabah, banyak investor menunda untuk mengalirkan dananya, termasuk ke sektor properti sekunder. Hal ini membuat peminat properti makin minim sehingga harganya berpotensi merosot tajam.
Ketua Umum Asosiasi Real Estate Broker Indonesia (AREBI) Lukas Bong mengatakan bahwa saat ini banyak investor yang kembali memasang sikap wait and see, padahal pada awal tahun ini kinerja sektor properti sudah mulai naik, tetapi kemudian kembali turun setelah dikonfirmasi wabah covid-19.
“Semester pertama ini kemungkinan ada penurunan yang cukup tajam, terutama pada kuartal kedua. Padahal Januari sampai Maret sudah mulai naik, baru mau recovery, tapi kena corona ya, nyungseplah, drop lagi,” ujar Lukas kepada Bisnis, Selasa (14/4/2020).
Lukas mengungkapkan bahwa penurunan penjualan properti sekunder mengalami penurunan yang cukup tajam. Sayangnya, dia belum bisa memberi data penurunannya secara mendetail.
“Kuartal kedua 2020 diprediksi lebih parah karena April ini lagi puncaknya [covid-19], kepotong juga dengan puasa, Lebaran, yang biasanya secara siklus cukup rendah. Ditambah kondisi seperti sekarang ini ya, bakal makin parah.”
Dari sisi penjualan, Lukas mengaku masih ada catatan penjualan, hanya saja kebanyakan dilakukan oleh orang yang memang bentul-betul membutuhkan uang.
Baca Juga
“Mereka karena butuh atau yang penting laku, bisa kasih potongan atau diskonnya cukup siginifikan, bervariasi tergantung tingkat BU [butuh uang]-nya maksimum 30 persen. Terutama buat seken juga, pembelinya malah bisa nego lebih besar lagi,” lanjutnya.
Lukas juga berharap supaya kondisi wait and see ini bisa segera berakhir seiring dengan ditariknya kebijakan pembatasan sosial skala besar (PSBB) di Jakarta dan lockdown lokal di beberapa daerah.
“Semoga sesuai arahan, mungkin habis Lebaran bisa selesai [wait and see]. Semoga jangan kelamaan, apalagi melihat lagi buyers market harusnya orang lagi banyak-banyaknya beli,” ujarnya.
Untuk rumah seken, kata Lukas yang saat ini masih banyak diincar adalah rumah toko, atau properti komersial dengan harga di sekitar Rp500 juta per unit.
Sementara itu, dari sisi wilayah, penjualan di Jakarta juga akan lebih terdampak oleh Covid-19 dibandingkan dengan penjualan di daerah.
“Jakarta kan jadi pusat bisnis dan pemerintahan yang jadi barometer. Dengan kondisi begini otomatis makin slow-lah permintaan propertinya, kalau dibandingin dengan daerah lain memang kurang terdampak, propertinya justru masih bisa bergerak walaupun mereka tetap ada koreksinya.”