Bisnis.com, JAKARTA - Asosiasi Real Estate Broker Indonesia menyatakan bahwa saat ini kalangan investor masih cenderung menahan diri untuk membeli properti sekunder.
Properti sekunder adalah jenis properti yang telah berpindah tangan dari pemilik pertama kepada pihak lainnya atau dalam artian merupakan properti dengan kondisi bekas pakai.
Ketua Umum DPP Asosiasi Real Estate Broker Indonesia (Arebi) Lukas Bong menyatakan bahwa kondisi yang melanda Indonesia saat ini membuat kalangan investor memantau keadaan.
Kondisi yang dimaksud adalah adanya sentimen wabah virus corona baru atau Covid-19. Di sisi lain, sentimen banjir yang sebelumnya sempat melanda sejumlah kawasan termasuk Jakarta pada beberapa waktu lalu dinilai sudah tak terlalu berpengaruh terhadap segi penjualan.
"Daerah yang terkena dampak banjir maksimal penjualannya, sedangkan isu corona membuat investor wait and see," ujar Lukas Bong, Minggu (8/3/2020).
Dia mengatakan bahwa dampak isu corona benar-benar turut berpengaruh terhadap penjualan properti sekunder khususnya subsektor residensial yang menyasar target penjualan kalangan investor.
Baca Juga
Sebaliknya, penjualan terhadap kalangan pengguna akhir atau end pasar tidak terlalu berdampak signifikan. Penjualan pada segmen pengguna, imbuhnya, masih dapat terserap oleh pasar.
"Untuk kalangan investor terpengaruh meskipun belum signifikan karena [isu corona masuk ke Indonesia] masih di awal," tuturnya.
Berdasarkan pengalamannya, Lukas menyatakan bahwa pasar properti sekunder masih besar diserap oleh kalangan pengguna dengan porsi 70 persen, sedangkan sisanya oleh kalangan investor.
Menurut dia, kalangan investor rata-rata mengincar rumah untuk kalangan menengah ke atas. Oleh sebab itu, tak heran jika investor cenderung menahan pembelian properti dengan kisaran harga hingga Rp1 miliar.
Meskipun demikian, dia yakin bahwa kondisi pasar yang lesu ini akan cepat berlalu dan titik balik penjualan properti sekunder akan mulai bangkit di semester kedua 2020 seiring isu corona yang diharapkan juga mulai mereda.