Bisnis.com, JAKARTA – Properti hotel menjadi salah satu yang terhantam paling keras oleh wabah corona (COVID-19). Tak terkecuali di Singapura, aturan circuit breaker atau lockdown parsial membuat tingkat okupansi hotel di sana kian melorot.
Di Singapura, kunjungan wisatawan asing terhenti sama sekali karena adanya larangan kunjungan jangka pendek yang berlaku sejak 23 Maret 2020. Hal ini menyurutkan aliran pendapatan ke hotel, apalagi Pemerintah Singapura juga melarang hotel menerima tamu mulai 7 April 2020 hingga 4 Mei 2020.
Sebelumnya, sejumlah hotel di Singapura yang ingin tetap buka berupaya menawarkan berbagai program menarik bagi wisatawan lokal untuk melakukan staycation.
Program yang ditawarkan antara lain seperti upgrade kamar, sarapan sepuasnya, pijat, dan parkir gratis. Namun, mereka semua harus menunda pemesanan kamarnya hingga 4 Mei mendatang.
CEO Accor Asia Pasifik Michael Issenberg mengatakan hotel Sofitel Singapore Sentosa Resort harusnya nyaris penuh hingga 28 Maret. Begitu pula COO Millenium Hotels and Resort Kieran Twomey menyebutkan hotelnya telah menawarkan berbagai program menarik bagi pengunjung staycation.
“Namun, karena aturan penghentian wisatawan atau disebut circuit breaker itu, kami harus membatalkan dan mengembalikan dana pemesanan untuk mematuhi aturan tersebut,” ungkap Twomey, dilansir Bloomberg, Jumat (10/4/2020).
Baca Juga
Hingga April berjalan, pemerintah pun meminta agar masyarakat menunda perayaan pernikahan. Artinya, sumber pemasukan lain untuk hotel juga akan terkena dampaknya. Hal ini makin berat setelah banyak pertemuan yang umumnya dilaksanakan di hotel juga ditunda.
Dengan aturan ini, tingkat okupansi hotel di Singapura anjlok di kisaran 10 persen sampai 20 persen. Jika aturan circuit breaker berlanjut, tingkat okupansi bisa turun lebih dalam.