Bisnis.com, JAKARTA - Sentimen negatif virus Corona (Covid-19) turut berimbas pada merosotnya kinerja pasar properti rumah bersubsidi selama kuartal I/2020.
Covid-19, yang kasus pertama di Indonesia terjadi pada awal Maret 2020 turut berdampak pada perlambatan penjualan segmen hunian subsidi.
Ketua Umum Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman Seluruh Indonesia, Junaidi Abdillah, mengatakan bahwa di awal tahun sebetulnya bisa menjadi momentum kebangkitan setelah keterpurukan di 2019 akibat kuota rumah subsidi yang terbatas.
"Namun, situasi [kebangkitan] terpaksa terkendala lagi akibat pandemi Corona," ujarnya pada Bisnis, Senin (6/4/2020).
Adapun, atas dampak risiko virus Corona tersebut, pemerintah mengumumkan pemberian stimulus Rp1,5 triliun di sektor perumahan subsidi yang mulai berlaku pada 1 April lalu.
Stimulus itu disalurkan melalui Subsidi Selisih Bunga (SSB) sebesar Rp800 miliar dan tambahan Subsidi Bantuan Uang Muka (SBUM) Rp700 miliar. Keduanya diperkirakan akan menambah kuota 175.000 unit rumah.
Baca Juga
Junaidi mengatakan bahwa pihaknya akan terus melaksanakan program satu juta rumah di tengah ketidakpastian ekonomi seperti saat ini. Namun, dia meminta jika program tersebut bisa terealisasi, maka pihaknya berharap adanya kreasi dan perlakuan khusus dari instansi terkait.
"Pada saat KPR [kredit pemilikan rakyat], kita melibatkan perbankan, pajak, Dispenda, notaris, BPN, semua ini perlu terobosan sehingga tidak ada lagi kendala pada saat realisasi KPR [di tengah wabah Corona]," ujarnya.
Junaidi mengaku bahwa pihaknya sulit memprediksi terkait proyeksi pasar rumah subsidi di kuartal II/2020 mengingat sampai saat ini belum bisa dipastikan kapan wabah Corona akan mereda. "Setelah berakhir pun tentunya perlu adanya pemulihan," kata dia.
Dalam catatan Bisnis, Kementerian PUPR juga tahun ini telah mengalokasikan anggaran Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) sebesar Rp11 triliun untuk memfasilitasi 102.500 unit rumah.
Kemudian, SBUM sebesar Rp600 miliar untuk 150.000 unit rumah, Tapera/SMF untuk 8.460 unit rumah, dan BP2BT Rp13,4 miliar untuk 312 unit rumah.