Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Begini Tanggapan PTFI Terkait dengan Rekomendasi Ekspor Baru

PTFI terus mencermati perkembangan yang ada khususnya terkait dengan komponen biaya dan pergerakan harga komoditas tembaga.
Truk diparkir di tambang terbuka tambang tembaga dan emas Grasberg di dekat Timika, Papua, pada 19 September 2015./ANTARA FOTO-Muhammad Adimaja
Truk diparkir di tambang terbuka tambang tembaga dan emas Grasberg di dekat Timika, Papua, pada 19 September 2015./ANTARA FOTO-Muhammad Adimaja

Bisnis.com, JAKARTA — PT Freeport Indonesia telah mengantongi rekomendasi ekspor baru untuk setahun ke depan dengan kuota sebesar 1.069.000 wet ton konsentrat tembaga. 

Rekomendasi ekspor atau surat persetujuan ekspor (SPE) baru itu dikeluarkan oleh Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral pada 16 Maret 2020. 

Vice President Corporate Communication PT Freeport Indonesia (PTFI) Riza Pratama mengatakan SPE tersebut akan berlaku selama setahun ke depan yakni sampai 15 Maret 2021. 

Tahun ini ada kenaikan kuota ekspor dari produksi bijih dan konsentrat tembaga. Namun, pihaknya belum memerinci secara mendetail volume peningkatan tersebut

"Memang ada kenaikan kuota ekspor di tahun ini, detailnya tanya ke ESDM. Produksi naik walaupun belum optimal karena transisi tambang," ujarnya kepada Bisnis, Jumat (3/4/2020).

Di tengah kondisi pandemi virus corona (Covid-19), PTFI terus mencermati perkembangan yang ada khususnya terkait dengan komponen biaya dan pergerakan harga komoditas tembaga.

"Corona berdampak pada harga komoditas tembaga sehingga kami memantau cost yang nonesensial," ucap Riza.

Kendati demikian, hingga saat ini Covid-19 belum berdampak signifikan terhadap kinerja operasional PTFI. Operasional tambang bawah tanah dan juga penjualan konsentrat masih berjalan normal.

"Sejauh ini tidak berdampak pada operasi tambang bawah tanah. Pengapalan juga masih normal," kata Riza.

Dia menambahkan bahwa perusahaan akan tetap fokus melaksanakan proses transisi tambang terbuka menjadi tambang bawah tanah di Grasberg, Papua. PTFI juga optimistis operasional tambang bawah tanah akan segera optimal pada 2022.

Direktur Utama PTFI Tony Wenas menuturkan bahwa sepanjang tahun ini produksi PTFI diperkirakan belum begitu optimal yakni mencapai 96.000 ton bijih per hari. Produk bijih tersebut terdiri atas mineral tembaga, emas, dan perak.

Produksi bijih baru akan naik menjadi 75 persen hingga 80 persen dari kapasitas produksi pada 2021 yakni sebesar 160.000 ton bijih per hari. Lalu produksi akan kembali stabil ke posisi 216.000 ton bijih per hari atau 100 persen mulai tahun 2022.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Yanita Petriella
Editor : Zufrizal
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper