Bisnis.com, JAKARTA - Asosiasi Persepatuan Indonesia (Asprisindo) menyatakan peringanan biaya listrik tidak serta merta mengakselerasi kinerja industri yang kehilangan pasar.
Direktur Eksekutif Asprisindo Firman Bakrie mengatakan tarif listrik hanya berkontribusi kurang dari 10 persen dari total biaya produksi. Selain itu, pabrikan juga tidak akan menggunakan listrik dalam waktu dekat lantaran akan menghentikan produksi secara keseluruhan.
"Pasar dalam negeri sudah hilang. Minggu ini dan minggu dapan adalah pabrik-pabrik orientasi dalam negeri yang akan 100 persen [menghentikan produksinya]. Jadi, kami sudah benar-benar [akan] stop produksi untuk pasar domestik," ujarnya kepada Bisnis, Kamis (2/4/2020).
Firman menyatakan nilai produksi pabrikan berorientasi dalam negeri menopang sekitar 45 persen dati total nilai produksi alas kaki nasional. Sementara itu, pabrikan berorientasi ekspor menopang sekitar 50 persen.
Dengan kata lain, hampir separuh pabrikan sepatu di dalam negeri akan merumahkan tenaga kerjanya pada awal kuartal II/2020. Adapun, Firman meramalkan seluruh pabrikan alas kaki akan menghentikan produksinya pada 1 Juni 2020.
"Saat ini, kami sudah tidak pakai [jasa] PLN, karena bicaranya bagaimana membayar karyawan," ucapnya.
Firman berpendapat insentif tersebut pun tidak bisa langsung dinikmati pabrikan saat masa recovery tiba. Pasalnya, ujarnya, saat ini gudang industri telah dipenuhi olah pasokan untuk pasar Lebaran.
Firman setidaknya menyebutkan tiga alasan. Pertama, pasar Lebaran menyerap sekitar 30-50 persen dari total produksi alas kaki dalam satu tahun. Kedua, daya beli masyarakat akan jatuh lebih dalam.
"[Ketiga,] ada potensi perubahan pola konsumsi. Alat kesehatan akan jadi pilihan untuk konsumsi pasca Covid-19. Mungkin, hand sanitizer atau masker akan jadi konsumsi pokok," ujarnya.