Bisnis.com, JAKARTA — Apersi membenarkan bahwa nasib sebagian pengembang hunian bersubsidi tengah berada di ujung tanduk akibat dari dampak virus corona jenis baru atau Covid-19.
Virus corona yang makin merebak ini menimbulkan ketidakpastian ekonomi baik secara nasional maupun global sehingga berujung pada terganggunya arus kas perusahaan pengembang.
Ketua Umum Asosiasi Pengembang Perumahan dan Permukiman Seluruh Indonesia (Apersi) Junaidi Abdillah mengatakan bahwa perputaran arus kas (cashflow) dinilai sangat penting bagi setiap perusahaan untuk menjalankan roda bisnisnya.
Namun, dengan kondisi saat ini, sebagian pengembang hunian bersubsidi terancam kolaps karena arus kas yang tidak stabil akibat dampak corona.
"Ini sudah sangat terasa dampaknya," kata Junaidi melalui layanan pesan singkat kepada Bisnis, Rabu (1/4/2020).
Junaidi juga membenarkan bahwa sebagian pengembang juga hanya mampu mengendalikan arus kasnya hingga 1 bulan ke depan. Kondisi tersebut terjadi lantaran penjualan properti melesu mengingat masyarakat menahan daya belinya untuk sementara waktu.
Baca Juga
Sementara itu, pengeluaran perusahaan terus berjalan sehingga mengakibatkan arus kas menjadi tidak seimbang.
"Ada yang tidak bisa bayar bunga, bayar gaji, pembayaran ke pihak ketiga terkait biaya pembangunan," ujar Junaidi.
Sebelumnya, Direktur Eksekutif Indonesia Property Watch Ali Tranghanda mengatakan bahwa saat ini pengembang dihadapi masalah arus kas menyusul dampak virus corona terhadap industri properti.
Masalah tersebut timbul karena saat ini suku bunga pinjaman masih tinggi di sejumlah perbankan.
Berdasarkan laporannya, pengembang kelas menengah hanya mampu bertahan hingga 1 bulan sampai 3 bulan ke depan, sedangkan pengembang kelas bawah lebih memprihatinkan yaitu hanya mampu bertahan hingga 1 bulan.
"Kalau jangka pendek cash out tidak bisa di-cut, akan banyak perusahaan yang kolaps," ujarnya.