Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pasar Susut, Industri Daging Olahan Masih Berpeluang Bertumbuh

Namta merinci pasar daging olahan menjadi tiga kategori, yakni pasar tradisional, pasar modern, dan pasar restoran dan hotel. Adapun untuk produk pasar tradisional diperkirakan tertekan pada pada kuartal I/2020 dan paruh pertama tahun ini.
Pedagang daging sapi segar melayani konsumen, di  Pasar Modern, Serpong, Tangerang Selatan, Senin (2/6/2019)./Bisnis-Endang Muchtar
Pedagang daging sapi segar melayani konsumen, di Pasar Modern, Serpong, Tangerang Selatan, Senin (2/6/2019)./Bisnis-Endang Muchtar

Bisnis.com, JAKARTA – National Meat Producer Association (Nampa) menyatakan pasar daging olahan pada semester I/2020 akan susut akibat dampak wabah virus corona.

Direktur Utama Nampa Ishana Mahisa mengatakan pasar daging olahan pada semester I/2020 akan susut 10-15 persen. Adapun, Ishana mendata pasar daging olahan telah terkontraksi 10 persen.

"[Serapan di] modern market naik rata-rata paling 10 persen, tapi presentasenya [ke total serapan] kecil. [Tapi] sampai akhir tahun belum revisi pertumbuhan produksi," katanya kepada Bisnis, Senin (30/3/2020).

Ishana merinci pasar daging olahan menjadi tiga kategori, yakni pasar tradisional, pasar modern, dan pasar restoran dan hotel. Adapun untuk produk pasar tradisional diperkirakan tertekan pada pada kuartal I/2020 dan paruh pertama tahun ini.

Adapun, pasar tradisional menopang 60-65 persen serapan produk daging olahan di dalam negeri. Sementara itu, pasar restoran dan hotel berkontribusi sekitar 15-20 persen, sedangkan pasar modern hanya sekitar 15 persen.

Walaupun pasar susut, Ishana optimistis produksi daging olahan hingga akhir tahun dapat tumbuh hingga 8 persen.

Menurutnya, walaupun pertumbuhan ekonomi nasional pada tahun ini hanya diperkirakan tumbuh sekitar 2 persen, produksi daging olahan tetap akan tumbuh setidaknya 5 persen pada akhir 2020.

"Ada unsur gaya hidup juga [yang jadi perhitungan]. Kalau capai [pertumbuhan produksi] 5 persen masih bisa karena kapasitas produksi kami masih rendah," ujarnya.

Ishana menyatakan utilitas pabrikan saat ini baru mau mendekati level 70 persen. Hal tersebut, ujarnya, disebabkan oleh pasokan bahan baku yang selalu kurang lantaran importir daging di dalam negeri didominasi oleh badan usaha milik negara (BUMN).

Menurutnya, utilitas pabrikan dapat menembus level 80 persen jika pemerintah memberikan izin pada pabrikan untuk mengimpor bahan baku langsung dari negara asal importir. 

Selain itu, sambungnya, penetrasi pasar daging olahan dan serapan daging di dalam negeri oleh pabrikan dapat meningkat, sementara itu harga bahan baku dapat ditekan.

Ishana mendata saat ini penetrasi pasar daging olahan baru mencapai 37 persen, sedangkan serapan daging lokal oleh pabrikan hanya 4 persen.

"Kalau bahan bakunya murah, tentu produknya bisa menjangkau [konsumen] lebih luas lagi. [Selain itu,] kandungan daging dalam produk daging olahan dapat meningkat dengan harga yang masih terjangkau," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper