Bisnis.com, JAKARTA - Ekonom Senior Insitute for Development of Economics and Finance (INDEF) Fadhil Hasan mengatakan pemerintah harus menyediakan stimulus dalam jumlah besar untuk menangkal dampak virus corona (Covid-19) terhadap perekonomian masyarakat.
"Saya perkirakan stimulus yang dibutuhkan besarnya di atas 5 persen [dari produk domestik bruto] atau Rp600 triliun - Rp1.000 triliun. Itu kalau pemerintah mau menghasilkan dampak signifikan ke perekonomian," ujarnya dalam sesi diskusi virtual melalui Zoom Meetings, Minggu (29/3/2020).
Berdasarkan data Kemeterian Koordinator Bidang Perekononomian, pemerintah telah menggelontorkan anggaran Rp160 triliun untuk paket stimulus I dan II yang dirilis beberapa pekan silam. Meski demikian, Fadhil menilai jumlah tersebut masih terlalu sedikit dan tidak sebanding dengan kebutuhan masyarakat.
Seiring bertambahnya jumlah pasien dan korban jiwa, tekanan perekonomian akibat virus corona terus meningkat, khususnya ke pelaku sektor informal dan masyarakat berpenghasilan rendah.
Menurutnya, stimulus yang sudah dikeluarkan pemerintah Indonesia lebih rendah dibandingkan negara-negara lain. Salah satunya Malaysia.
"Pemerintah Malaysia menggelontorkan stimulus hingga Rp920 triliun. Padahal GDP mereka setengah dari GDP kita. Implikasinya memang defisit transaksi berjalan bakal melebar hingga di atas 3 persen," jelasnya.
Baca Juga
Lantas, kemana dana stimulus tersebut harus diberikan? Fadhil mengungkapkan pemerintah bisa mengalokasikan stimulus melawan dampak Covid-19 ke empat pos. Pertama, perlindungan untuk kesejahteraan rakyat. Kedua, perlindungan kepada pebisnis UMKM dan sektor informal.
Ketiga, pembelian alat-alat kesehatan, misalnya masker, alat perlindungan diri, obat-obatan, dan peralatan medis lainnya.
"Terakhir, dana stimulus dapat digunakan untuk subsidi penggunaan listrik masyarakat terdampak yang dihitung hingga beberapa bulan. Stimulus fiskal sangat penting untuk masyarakat karena efek negatif penyebaran virus corona sudah mereka rasakan saat ini," imbuhnya.