Bisnis.com, JAKARTA— Stimulus pariwisata yang diberikan oleh pemerintah sebelum covid-19 melanda Indonesia sudah dianggap tidak relevan lagi bagi para pengusaha.
Alih-alih mendapatkan cuan bagi industri pariwisata, stimulus tersebut malah menjadi penyumbang merebaknya virus corona atau Covid-19 di Indonesia. Untuk itu, diperlukan langkah penyelamatan pariwisata yang harus dilakukan oleh pemerintah.
Ketua Ikatan Cendekia Pariwisata Indonesia (ICPI) Azril Azhari mengatakan pemerintah melalui Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif turut berperan membuat virus corona mewabah di Indonesia.
Pasalnya ditengah mewabahnya corona di sejumlah negara, Indonesia malah memberikan keringanan berupa diskon tarif pesawat untuk memancing pergerakan wisatawan mancanegara dan domestik yang diduga sumber merebaknya virus tersebut.
“Seharusnya Kemenpar telah menutup seluruh destinasi pariwisata mulai Februari atau Maret, sehingga wabah bisa di cegah sedini mungkin,” kata Azril, Senin (23/3).
Menurutnya, sebagai langkah penyelamatan, pemerintah harus melakukan penyemprotan desinfektan di seluruh destinasi pariwisata, termasuk hotel. Hal itu dinilainya bisa menimbulkan kepercayaan bahwa seluruh destinasi dan akomodasi pariwisata di Indonesia sudah terbebaskan dari covid-19 dan aman.
Baca Juga
Selain itu, lanjutnya, pemerintah juga perlu memberikan insentif kepada pelaku pariwisata, seperti penundaan/pembebasan beberapa pajak. Kemudian pemerintah juga perlu memberikan bantuan kepada UMKM Pariwisata yang bergantung pada pendapatan harian.
“Untuk membangkitkan lagi industri pariwisata, Pemerintah dalam hal ini Kemenpar harus sadar bahwa paradigma kita telah bergeser dari paradigma lama yakni sun, sand and sea menuju paradigma baru yakni serenity, spirituaity, sustainability. Jadi bukan lagi berfokus pada pariwisata masal yang mengandalkan keindahan/kesenangan dengan alam semata, serta penentuan target jumlah wisatawan saja.”
Di sisi lain agar industri pariwisata Indonesia bangkit lagi, maka pemerintah segera memperbaiki dan fokus pada kelemahan daya saing pariwisata Indonesia yang meliputi kesehatan dan kebersihan, keselamatan dan keamanan, kelestarian lingkungan, serta infrastruktur layanan wisata.
“Ketiga, benahi sektor pariwisata bersama BPS sehingga menjadi sektor mandiri yang tersendiri, sehingga tidak bergabung dengan sektor lain seperti yang selama ini. Target tidak lagi pada jumlah wisatawan tapi pada kontribusi sektor pariwisata terhadap PDB, serta tenaga kerja yang bisa diserap oleh sektor pariwisata,” ujarnya.
Sementara itu, Menparekraf Wishnutama mengatakan bahwa pihaknya dia berkoordinasi dengan sejumlah pihak baik swasta dan pemerintan dalam proses penyelamatan industry pariwisata.
“Jika kita bicara sektor, kami harus katakan bahwa sektor pariwisata adalah sektor yang paling pertama terdampak dan mempunyai tantangan sangat besar dalam menghadpai dampak wabah corona. Dan jika kita bicara sektor pariwisata, saya tidak hanya bicara mengenai hotel, restoran, event organizer, tarvel agent, dan lain-lain, juga ada jutaan pekerjaan di dalamnya,” kata Wishnutama.
Dalam hal ini dia mengatakan pihaknya akan mengubah atau merealokasi anggaran serta pengadaan barang dan jasa dalam percepatan penanganan virus corona.
“Kemenparekraf juga sedang mempersiapkan kerja sama dengan jaringan hotel untuk menjadi sarana tempat tinggal para tenaga medis dan gugus tugas di berbagai daerah agar mereka lebih dekat dengan rumah sakit yang menangani wabah, dan jika diperlukan nantinya bisa dijadikan lokasi isolasi mandiri,” jelasnya
Selain dengan jaringan hotel, Wishnutama juga mengklaim berkoordinasi dengan penyedia jasa transportasi untuk memfasilitasi para tenaga medis dan gugus tugas.
Menurutnya, pemerintah dalam waktu dekat juga akan berupaya menghasilkan stimulus ekonomi agar meringankan beban dan biaya untuk para pelaku usaha sektor pariwisata dan ekonomi kreatif sehingga dapat mengurangi potensi PHK di sektor tersebut.