Bisnis.com, JAKARTA – Menghadapi wabah corona, pengembang mulai ketar-ketir karena penjualannya ikut terimbas. Apalagi, sejak beberapa tahun belakangan kondisi pasar properti juga sebetulnya belum sepenuhnya pulih.
Meskipun demikian, sejumlah pengembang mengaku belum berencana untuk melakukan revisi target penjualannya di tahun ini. Salah satu pengembang yang menyatakan belum berencana untuk merevisi target penjualan di tahun ini ialah AKR Land.
Commercial and Business Development Director AKR Land Alvin Andronicus menyatakan bahwa perusahaan masih harus melakukan penilaian terkait dengan dampak virus hingga tiga bulan ke depan.
“Yang saat ini dirasakan adalah kepanikan pasar, melihat dolar AS sudah Rp16.000 dan IHSG [Indek Harga Saham Gabungan] sudah di level 3.900, maka pasti akan terjadi penurunan daya beli,” ujar Alvin kepada Bisnis, Kamis (19/3/2020).
Adapun, dengan kenaikan harga dolar AS tersebut, ditakutkan akan mempengaruhi harga properti lantaran Indonesia sedikit banyak juga mengambil material dari luar negeri.
Terkait dengan volume penjualan, Alvin menyebut sudah mulai menunjukkan adanya penurunan, meskipun jumlahnya belum pasti karena aktivitas penjualan memang tidak dihentikan.
Baca Juga
“Penurunan mungkin terjadi di bulan ini, tapi kami tetap lakukan strategi pendekatan pasar, baik dengan gimmick yang menarik, atau diberikan angsuran yang lebih longgar, atau unitnya di-furnish lebih baik,” imbuhnya.
Untuk 2020, AKR Land belum mengubah target marketing sales-nya di angka Rp1,8 triliun. Dari target tersebut, perusahaan menargetkan kontribusi dari penjualan proyek eksisting dan baru dari proyek di Jakarta Rp250 miliar.
Kemudian, penjualan dari proyek properti di Manado Rp400 miliar, sedangkan proyek di beberapa daerah lainnya belum memiliki target pra penjualan yang pasti.
Senada, pengembang PT Intiland Development Tbk. juga belum berencana merevisi target meskipun terjadi penurunan angka penjualan.
Direktur Pengelolaan Modal dan Investasi Intiland, Archied Noto Pradono mengatakan bahwa sejak wabah virus ini berkembang di Indonesia, penjualannya makin sepi meskipun catatan angkanya belum pasti.
“Kami berharap bisa terima satu atau dua penjualan [properti] hari ini,” ujarnya.
Adapun, lantaran virus ini baru mewabah dalam dua bulan terakhir, Intiland masih akan melakukan evaluasi terhadap kondisi pasar properti pada akhir Maret 2020. Sementara itu, Archied menyebutkan, properti residensial terutama rumah tapak untuk segmen pengguna atau end user, penjualannya masih mencatatkan kinerja yang paling baik.