Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Gas Turun, Kinerja Sektor Keramik Terselamatkan

Adapun, tarif gas berkontribusi sekitar 30-35 persen dari total biaya produksi industri keramik.
Karyawan melayani konsumen melihat produk terbaru dari PT Granitoguna Building Ceramics, brand ArTile, di ajang Indonesia Building Technology (IndoBuild Tech 2019), ICE Serpong, Tangerang Selatan, Rabu (20/3/2019)./Bisnis-Endang Muchtar
Karyawan melayani konsumen melihat produk terbaru dari PT Granitoguna Building Ceramics, brand ArTile, di ajang Indonesia Building Technology (IndoBuild Tech 2019), ICE Serpong, Tangerang Selatan, Rabu (20/3/2019)./Bisnis-Endang Muchtar

Bisnis.com, JAKARTA – Penurunan harga gas industri pada kuartal II/2020 menjadi penyelamat di tengah lesunya pasar keramik dalam negeri dan pelemahan nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat.

Asosiasi Aneka Keramik (Asaki) menyatakan pelemahan rupiah berdampak besar bagi pabrikan lantaran sekitar 50 persen biaya produksi dibayarkan dalam dolar Amerika Serikat. Adapun, tarif gas berkontribusi sekitar 30-35 persen dari total biaya produksi industri keramik.

"Kalau itu benar turun di April, kondisi kami akan terselamatkan. Jadi, secara timing sangat tepat karena pasarnya sepi ditambah biaya produksinya naik karena Rupiah melemah," ujar Ketua Umum Asaki Edy Suyanto kepada Bisnis, Rabu (18/3/2020)

Edy mengatakan merosotnya nilai tukar Rupiah terhadap dolar Amerika Serikat ke level Rp15.000 membuat biaya produksi membengkak.

Adapun, penurunan tarif gas ke level US$6/MMBtu akan sangat membantu lantaran tarif gas berkontribusi sekitar 30-35 persen dari total biaya produksi, sedangkan bahan baku impor berkontribusi sekitar 15-20 persen.

Saat ini, lanjutnya, kenaikan biaya produksi akibat nilai tukar tersebut ditanggung oleh pabrikan keramik. Edy menjelaskan transmisi ke harga jual tidak bisa dilakukan lantaran kondisi pasar saat ini yang lesu baik di dalam maupun luar negeri.

Edy mengemukakan penurunan tersebut baru akan menyelamatkan industri keramik nasional lantaran langsung meningkatkan daya  saing di pasar global.

Di sisi lain, ujar Edy, penurunan tarif gas dapat meningkatkan kapasitas terpasang industri keramik nasional. Menurutnya, saat ini ada sembilan pabrikan yang menghentikan produksi dan sebagian di antaranya menunggu untuk kembali berproduksi saat tarif gas turun.

Berhentinya produksi sembilan pabrikan tersebut membuat kapasitas terpasang pabrikan keramik nasional turun sekitar 6,89 – 8,62 persen.

Walau demikian, Edy menghitung volume produksi tetap  akan naik ke level 80-82 persen atau memproduksi sekitar 400 juta-410 juta meter persegi (sqm).

Angka tersebut melonjak dari proyeksi sebelumnya yakni sebanyak 375 juta sqm dengan utilitas dilevel 70  persen. Adapun, Edy mencatat volume produksi seluruh pabrikan tahun lalu hanya mencapai sekitar 350 juta sqm.

Selain itu, Edy menyampaikan penurunan tarif gas pada akhir kuartal I/2020 dapat membuat perfoma produksi industri keramik sama seperti pada 2012-2013 dengan utilitas pabrikan di level 90-95 persen. Edy masih meyakini pemerintah akan menepati janjinya dengan menurunkan tarif gas ke level US$6/MMBtu nanti.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper