Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Industri Sepatu Perkirakan Penurunan Order Capai 25 Persen

Ketua Pengembangan Sport Shoes & Hubungan Luar Negeri Asosiasi Persepatuan Indonesia (Asprisindo) Budiarto Tjandra mengatakan pada industri sepatu umumnya orderan untuk ekspor akan dilakukan setiap tiga hingga empat bulan.
Pengunjung memperhatikan koleksi sepatu di sela-sela konferensi pers BCA Jakarta Sneaker Day 2019, di Jakarta, Jumat (18/1/2019)./Bisnis-Nurul Hidayat
Pengunjung memperhatikan koleksi sepatu di sela-sela konferensi pers BCA Jakarta Sneaker Day 2019, di Jakarta, Jumat (18/1/2019)./Bisnis-Nurul Hidayat

Bisnis.com, JAKARTA — Pelaku industri sepatu memproyeksi penurunan permintaan sepatu berkisar 20-25 persen pada periode Mei hingga Juni 2020 akibat efek virus corona atau  Covid-19.

Ketua Pengembangan Sport Shoes & Hubungan Luar Negeri Asosiasi Persepatuan Indonesia (Asprisindo) Budiarto Tjandra mengatakan pada industri sepatu umumnya orderan untuk ekspor akan dilakukan setiap tiga hingga empat bulan. 

Dengan perhitungan kasus merebaknya virus corona mulai Februari dan Maret, membuat sejumlah negara memutuskan melakukan penguncian wilayah maka dipastikan permintaan pada Mei dan Juni akan melandai.

"Kita tidak ada yang prediksi virus corona berkembang secara cepat ini ke depan seperti apa memang tidak bisa juga menyalahkan siapa-siapa. Saat ini kami prediksi permintaan akan turun 20-25 persen tetapi jika semakin tidak kondusif bisa saja sampai 50 persen," katanya kepada Bisnis, Rabu (18/3/2020).

Dalam kondisi semacam ini, lanjut Budi, kinerja pabrikan masih berjalan normal. Menurutnya, penerapan kerja dari rumah sesuai instruksi pemerintah tidak dapat dilakukan oleh pekerja industri sepatu.

Selain itu, pihaknya hanya turut berupaya melakukan langkah preventif sebagai upaya menjaga kondisi karyawan agar terhindar dari penyebaran Covid-19. Sementara itu, model kerja dari rumah hanya dapat diberlakukan bagi yang dapat bekerja menggunakan internet seperti penerimaan tranksasi order dan lainnya.

Sisi lain, Budi juga mengapresiasi pemberiaan stimulus oleh pemerintah baik untuk menanggulangi tekanan Covid-19 dan investment allowance untuk lebih menggairahkan industri padat karya. Namun, dia juga menilai baiknya pemerintah tetap memperhitungan stimulus-stimulus yang akan diberikan negara lain usai wabah ini berakhir.

"Dengan kondisi sekarang tentu tidak banyak yang melakukan investasi tetapi setelah ini semua negara akan berlomba memperbaiki kondisi ekonominya," ujar Budi.

Adapun Asprisindo juga memastikan tahun ini tidak akan dapat mencapai pertumbuhan nilai ekspor yang pada awal tahun masih optimistis dikisaran 12 persen.

 Direktur Eksekutif Asosiasi Persepatuan Indonesia (Asprisindo) Firman Bakrie mengatakan awal 2020 pertumbuhan nilai ekspor dapat kembali rebound atau tumbuh sekitar 12 persen menjadi sekitar US$5 miliar. Namun, Firman mengubah prediksinya pada medio kuartal I/2020 menjadi stagnan.

"Pertumbuhan nilai ekpor semester I/2020 saya rasa akan turun [tapi masih bisa berubah]. Ini kan tergantung penanganan kesehatan kita, apakah pemerintah bisa tuntas menanganinya atau Mei-Juni masih berlangsung terus?" ujarnya.

Sebelumnya, Badan Pusat Statistik (BPS) juga mencatat dua artikel industri TPT tumbuh minus secara tahunan pada Januari-Februari 2020. Kedua artikel tersebut adalah alas kaki yang turun 4,75 persen dan pakaian dan aksesorisnya (rajutan) yang merosot 12,33 persen.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper