Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pasar Properti Sekunder Tertahan

Transaksi penjualan rumah seken di situs properti asal Singapura masih jauh, bila dibandingkan dengan pasar primer.
Foto area kompleks perumahan bersubsidi di Palembang, Sumatera Selatan, Jumat (31/1/2020). Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mengalokasikan anggaran perumahan bersubsidi untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) melalui Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) sebesar Rp11 triliun untuk 102.500 unit rumah pada 2020. Antara/Nova Wahyudi
Foto area kompleks perumahan bersubsidi di Palembang, Sumatera Selatan, Jumat (31/1/2020). Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mengalokasikan anggaran perumahan bersubsidi untuk Masyarakat Berpenghasilan Rendah (MBR) melalui Fasilitas Likuiditas Pembiayaan Perumahan (FLPP) sebesar Rp11 triliun untuk 102.500 unit rumah pada 2020. Antara/Nova Wahyudi

Bisnis.com, JAKARTA - Pasar sekunder properti di kuartal pertama tahun ini terlihat masih tertahan bila dibandingkan dengan pasar primer yang cenderung mengalami peningkatan.

Hal ini terlihat dari transaksi penjualan melalui situs jual beli properti asal Singapura 99.co ketika pasar primer sejauh ini masih mendominasi dalam segi penjualan.

Executive Director 99 Group Irvan Ariesdhana mengatakan bahwa pasar sekunder masih tertahan terlebih maraknya produk-produk baru yang dirilis para pengembang di kuartal pertama tahun ini.

"Kalau dari dua bulan kemarin belum terlihat trennya [pasar sekunder], tapi yang sudah mulai kelihatan itu pasar primer," katanya kepada Bisnis, Minggu (8/3/2020). 

Dia mengatakan bahwa dalam situs 99.co, pencarian properti sekunder alias bekas tidak berbeda jauh dengan pasar primer yang notabene merupakan produk baru dan rata-rata belum dibangun.

Bahkan, Irvan mengatakan bahwa peluang munculnya properti sekunder di situs pencarian jauh lebih besar daripada properti primer karena akan muncul secara otomatis lebih awal dalam portal.

Hanya saja, penyerapan pasar di kedua jenis ini akan terlihat dari segi transaksi. Irvan mencatat bahwa penjualan pasar primer nyatanya masih jauh lebih besar dari pada properti sekunder. 

Meskipun demikian, Irvan belum memastikan seberapa besar penyerapan dari masing-masing kedua jenis properti ini lantaran kuartal pertama ini masih berjalan dan belum merekap data secara keseluruhan.

Irvan menyatakan bahwa dari segi harga, pasar sekunder masih bisa diserap dengan kisaran harga pencarian dan penjualan di bawah Rp500 juta sampai dengan Rp1 miliar. Adapun rata-rata diserap oleh segmen pengguna alias end user dengan sebaran wilayah Jabodetabek.

"Nah, kelas Rp500 juta sampai Rp1 miliar itu campuran termasuk oleh investor," katanya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper