Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pemerintah dan Otoritas Keuangan Diminta Pererat Koordinasi untuk Topang Cadev

Koordinasi dan sinkronisasi kebijakan antara pemerintah dan otoritas keuangan dinilai penting dalam menelurkan kebijakan yang mampu menopang cadangan devisa.
Karyawan menghitung mata uang rupiah dan dolar AS di Jakarta, Senin (1/7/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam
Karyawan menghitung mata uang rupiah dan dolar AS di Jakarta, Senin (1/7/2019)./Bisnis-Abdullah Azzam

Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah dan otoritas keuangan diharapkan dapat berkoordinasi dalam menelurkan kebijakan yang kuat untuk membantu menopang cadangan devisa.

Kepala Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan koordinasi dan sinkronisasi kebijakan antara pemerintah dan otoritas keuangan, yakni Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), mesti diperkuat. Mengacu pengalaman negara lain, lanjutnya, dorongan dari sisi sektor moneter tidak cukup untuk memperbaiki pertumbuhan ekonomi. 
 
Implementasi dari kebijakan fiskal pun dipandang lebih cepat terasa, terutama ketika terjadi shock seperti seperti kondisi saat ini. 

Josua menyatakan meskipun cadangan devisa menurun pada bulan lalu, posisi cadangan devisa tersebut setara dengan pembiayaan 7,7 bulan impor atau 7,4 bulan impor dan pembayaran utang luar negeri pemerintah. Cadangan devisa yang relatif masih tinggi tersebut diperkirakan akan tetap memberikan kepercayaan bagi investor asing untuk tetap memarkirkan dananya di pasar keuangan domestik. 
 
"Ke depan, cadangan devisa berpotensi kembali mengingkat sejalan dengan potensi surplus neraca pembayaran pada 2020 yang ditopang oleh surplus neraca transaksi modal dan finansial. Walaupun turun dibandingkan 2019," paparnya kepada Bisnis, Jumat (6/3/2020). 

Josua juga menilai penurunan cadangan devisa turut dipengaruhi oleh keluarnya dana asing dari pasar saham dan obligasi.
 
"Di pasar saham, investor asing membukukan net sell sebesar US$340 juta. Sementara itu, di pasar obligasi, kepemilikan SBN [Surat Berharga Negara] oleh asing berkurang US$2,07 miliar," sebutnya.
 
Josua menuturkan nilai tukar rupiah mengalami pelemahan sebesar 4,86 persen secara month-to-month (mtm) ke level Rp14.318 per dolar AS. Dia memandang penurunan cadangan devisa  akan tertahan oleh penyerapan di Lelang Surat Berharga Bank Indonesia (SBBI) valas oleh BI sebesar US$900 juta. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper