Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Harga Gas Dipangkas, Biaya Pokok Pembangkit Bisa Turun 5 Persen

Walaupun menurunkan biaya pokok pembangkit, pengamat menilai kebijakan ini lebih baik untuk sementara.
PLTU Jawa 8/ Istimewa - PLN
PLTU Jawa 8/ Istimewa - PLN

Bisnis.com, JAKARTA - Penurunan harga gas menjadi US$6 per million british thermal unit dinilai bakal memangkas biaya energi primer PT PLN (Persero).

Saat ini, pemerintah sedang mengkaji rencana penurunan harga gas yang digunakan untuk pembangkit listrik tersebut.

Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform (IESR) Fabby Tumiwa mengatakan apabila pemerintah menurunkan harga gas dari US$8,3 MMBtu, maka akan berdampak pada penurunan biaya energi primer PLN.

"Biaya pokok pembangkitan bisa turun paling tidak 5 persen menurut estimasi kasar saya," ujarnya kepada Bisnis, Jumat (6/3/2020).

Namun, dia mempertanyakan bagaimana cara untuk dapat menurunkan harga gas menjadi US$6 per MMBtu, terlebih harga dasar LNG sudah berada pada kisaran US$7 per MMBtu hingga US$7,5 per MMBtu.

"Seperti harga gas industri, yang dipotong ada bagian pemerintah di hulu. Jadi, penerimaan negara berkurang," katanya.

Menurutnya, kalau penurunan harga gas untuk pembangkit listrik dilakukan, sebaiknya bersifat sementara karena kebijakan seperti ini secara tidak langsung memberikan subsidi kepada energi fosil.

"Dengan demikian biaya produksi tidak mencerminkan harga energi primer yang sebenarnya. Sementara itu, tidak ada subsidi untuk energi terbarukan," tutur Fabby.

Sebelumnya, Direktur Jenderal Ketenagalistrikan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Rida Mulyana berpendapat pemerintah, melalui Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Minyak dan Gas Bumi (SKK Migas) dan Kementerian Keuangan, telah membuat dan mengkaji sejumlah simulasi untuk menghitung sensitivitas penurunan harga terhadap pengurangan pendapatan negara dan penghematan.

Pasalnya, penurunan harga gas diupayakan dengan menekan harga di hulu, sehingga berdampak pada pendapatan negara baik pajak maupun penerimaan negara bukan pajak (PNBP) akan terpangkas.

Rida menuturkan penurunan harga gas menjadi US$6 per MMBtu ini tentu akan berdampak positif pada keuangan negara dan juga terjadi penghematan pada PLN.

Dia memperkirakan potensi penghematan yang dapat diraih PLN dalam setahun mencapai Rp18,58 triliun dengan penurunan harga gas untuk pembangkit.

Di sisi lain, lanjut Rida, apabila harga gas ditekan menjadi US$6 per MMBtu, maka akan ada potensi pendapatan negara yang hilang mencapai Rp14,07 triliun.

Rida mengatakan biaya pokok penyediaan (BPP) tenaga listrik dalam anggaran belanja PLN 2020 sebesar Rp359,03 triliun. Dari jumlah tersebut sebesar 41 persen atau sekitar Rp146,67 triliun dialokasikan untuk biaya bahan bakar dalam BPP tenaga listrik.

Adapun alokasi untuk belanja gas mencapai Rp60,98 triliun atau sekitar 38,36 persen dari total biaya bahan bakar yang mencapai Rp146,67 triliun. Gas menjadi komponen bahan bakar terbesar dalam pembentukan BPP dibandingkan dengan bahan bakar lainnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper