Bisnis.com, JAKARTA – Di tengah penjualan di pasar properti yang tengah lesu, pendapatan berulang dari proyek-proyek yang dimiliki pengembang bisa menjadi bantalan untuk mendukung pendapatan sepanjang tahun.
Berdasarkan laporan Bank Indonesia, pertumbuhan harga properti komersial pada kuartal IV/2019 mengalami perlambatan. Hal itu tercermin dari indeks harga properti komersial (IHPK) yang tercatat tumbuh 0,32 persen (year-on-year) pada kuartal IV/2019, melambat dari 1,37 persen (yoy) pada kuartal sebelumnya.
Dengan perlambatan yang terjadi, pengembang PT Intiland Development Tbk. menjadikan pendapatan berulang sebagai pendukung catatan pendapatan di tengah kondisi pasar propeti yang masih lesu.
Direktur Intiland Archied Noto Pradono mengatakan bahwa tahun ini, target pendapatan berulang Intiland memang tidak mengalami perubahan dibandingkan dengan tahun lalu. Meskipun demikian, kontribusinya diperkirakan masih cukup untuk mendukung pendapatan perusahaan.
Berdasarkan catatan Bisnis, pada kuartal III/2019 tercatat pendapatan berulang Intiland mencapai Rp461,7 miliar atau sekitar 24,9 persen dari total pendapatan.
“Tahun ini masih flat, jadi kontribusinya masih di kisaran 20 persen,” ungkapnya kepada Bisnis.com, Kamis (5/3/2020).
Baca Juga
Adapun, untuk tahun ini Archied mengatakan angka pendapatan berulang (recurring income) belum bisa dipublikasi. Namun, pertumbuhan pendapatan berulang yang bergerak mendatar tahun ini dikarenakan harga properti komersial seperti perkantoran yang masih sulit naik.
Archied menyebutkan, proyek yang menjadi andalan untuk mendapatkan pendapatan berulang berasal dari properti perkantoran. Adapun, properti perkantoran perseroan antara lain adalah Intiland Tower Jakarta, Intiland Tower Surabaya, dan South Quarter.
“[Perkantoran] yang di Jakarta ini kan semuanya TOD [transit oriented development] jadi banyak menjadi pilihan bagi perusahaan,” ungkapnya.