Bisnis.com, JAKARTA - Merebaknya virus corona atau Covid-19 di China dan sejumlah negara lainnya mulai terasa dampaknya pada sektor pertambangan Tanah Air.
Ketua Umum Indonesian Mining and Energy Forum (IMEF) Singgih Widagdo mengatakan secara makro ekonomi dampak adanya Covid-19 ini sangat terasa khususnya untuk bidang transportasi.
Virus ini pun mulai berdampak pada sektor pertambangan batu bara karena demand pasar batubara China terlihat lamban.
"Dampaknya kepastian volume belum jelas tetapi bahwa penundaan shipment telah terjadi mengingat kebutuhan energi untuk industri mereka (China) juga terganggu," ujarnya kepada Bisnis, Kamis (5/3/2020).
Lebih lanjut lagi, Singgih menuturkan Corona mengakibatkan produksi China dan juga industrinya terganggu sehingga berdampak pada kebutuhan energi.
"Akibatnya impor batu bara juga terganggu atas pengapalannya," ucap Singgih.
Baca Juga
Direktur Eksekutif Asosiasi Pertambangan Batu Bara Indonesia (APBI) Hendra Sinadia berpendapat adanya Covid-19 tetap bisa berpengaruh pada kegiatan ekspor batu bara Indonesia.
Dia memperkirakan akan ada kemungkinan penurunan permintaan energi dari China sekitar 15 persen hingga 20%.
"Kalau asumsinya demikian, bisa saja China bakal kesulitan menyerap ekspor batu bara dari negara lain, termasuk Indonesia. Bisa juga, situasi ini membuat China meningkatkan impor batu baranya karena perusahaan di sana belum beroperasi optimal," tuturnya.
Kendati demikian, pihaknya belum dapat memastikan seperti apa dampak ke sektor pertambangan batu bara di tengah Covid-19 yang belum mereda. Saat ini dampak yang terlihat akibat virus corona yaitu kapal yang mengangkut batu bara dari Indonesia ke China harus melalui proses karantina selama beberapa hari.
"Kondisi ini membuat proses pengangkutan batu bara menjadi lebih lama dari biasanya," ucap Hendra.
Sementara itu, Direktur Utama PT Bukit Asam (Persero) Tbk Arviyan Arifin menuturkan Covid-19 tak memengaruhi komoditas batu bara yang diekspor ke negara-negara terdampak.
Hingga saat ini, tak ada ekspor batu bara yang dibatalkan oleh negara tujuan yang terdampak Covid-19.
"Saya kira tidak ada pengaruh. Bahkan, mungkin kalau ekspor bisa saja kemungkinan meningkat, tetapi itu asumsi saja," ujar Arviyan.
Untuk diketahui, berdasarkan data Kementerian ESDM, hingga kini realisasi ekspor batu bara dari Indonesia mencapai 29,82 juta ton atau baru sebesar 7,55 persen dari rencana tahun ini yang mencapai 395 juta ton.
Lalu, realisasi produksi batu bara mencapai 94,34 juta ton atau sebesar 17,15 persen dari rencana produksi tahun ini yang mencapai 550,00 juta ton.