Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Pemerintah Cari Pasar Baru, Khawatir Ekspor ke China Melorot

Indonesia tengah menjajaki kerja sama dengan sejumlah negara tujuan ekspor, seperti Arfika dan Turki.
Foto aerial pelabuhan peti kemas Koja di Jakarta. (25/12/2019). Bisnis/Himawan L Nugraha
Foto aerial pelabuhan peti kemas Koja di Jakarta. (25/12/2019). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah akan membidik pasar ekspor di luar China sebagai antisipasi merosotnya kinerja ekspor ke Negeri Tirai Bambu akibat virus corona.

Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita mengatakan dalam jangka pendek, pemerintah akan melakukan diplomasi perdagangan.

"Diplomasi perdagangan [dilakukan] agar dapat meningkatkan ekspor produk-produk industri Indonesia ke negara atau pasar alternatif," ujarnya, seperti dilansir Tempo.co, Rabu (4/3/2020).

Untuk mendorong gairah ekspor, pemerintah menyiapkan empat palet kebijakan ekonomi.
Salah satu kebijakan dalam paket itu memuat aturan pelonggaran izin ekspor, seperti peringanan bea masuk impor.

Untuk jangka menengah dan panjang, pemerintah menyiapkan produk substitusi impor untuk golongan barang konsumsi. Diharapkan, industri tidak akan mengalami penurunan produksi akibat kelangkaan bahan baku.

Sementara itu, Wakil Menteri Perdagangan Jerry Sambuaga mengatakan Indonesia tengah menjajaki kerja sama dengan sejumlah negara tujuan ekspor, seperti Arfika dan Turki.

"Kebetulan saya akan ke salah satu negara Afrika satu bulan ke depan untuk memfinalisasi perjanjian Cepa [omprehensive Economic Partnership Agreement]," katanya.

IMPOR BAHAN BAKU
Sebelumnya, Menperin mengimbau akan adanya peningkatan persaingan dalam mendapatkan bahan baku pabrikan yang masih bergantung kepada impor. Pasalnya, China merupakan pemasok bahan baku ke banyak negara selain Indonesia. 

"Ini adalah proses alamiah. Ekonomi dunia dalam tekanan luar biasa [akibat wabah corona]. Tapi, dalam konteks industri, persaingan dalam mendapatkan bahan baku [akan] semakin besar. Harga bahan baku  industri pasti akan naik,"  katanya di Kementerian Perindustrian, Selasa (3/3/2020). 

Agus melanjutkan tingginya bahan baku disebabkan oleh daya saing  produsen bahan baku China yang sangat kompetitif dari sisi harga dibanding produsen di negara lain.

Dengan demikian, sejajarnya lapangan bermain antara produsen bahan baku membuat harga bahan baku tidak akan serendah bahan baku dari Negeri Panda. 

Oleh karena itu, pemerintah telah memasukkan dua kebijakan yang akan dituangkan dalam paket kebijakan ekonomi yang sedang digodok Kementerian Keuangan. Adapun, kedua kebijakan tersebut adalah pengurangan atau peniadaan bea masuk khusus bahan baku industri dan pengurangan bunga letter of credit (L/C).


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Sumber : Tempo.co
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper