Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Impor Baja Masih Deras. Bebas Dampak Corona?

Kemenperin menyatakan akan fokus memacu kinerja Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) agar semakin berkontribusi terhadap perekonomian nasional.
Menteri BUMN Erick Thohir (kanan) berbincang dengan Direktur Utama PT Krakatau Steel (Persero) Tbk Silmy Karim (kiri) saat Public Expose Krakatau Steel 2020 di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Selasa (28/1/2020)./ANTARA - Indrianto Eko Suwarso
Menteri BUMN Erick Thohir (kanan) berbincang dengan Direktur Utama PT Krakatau Steel (Persero) Tbk Silmy Karim (kiri) saat Public Expose Krakatau Steel 2020 di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Selasa (28/1/2020)./ANTARA - Indrianto Eko Suwarso

Bisnis.com, JAKARTA - Indonesia Iron and Steel Industry Association (IISIA) belum melihat adanya penurunan pangsa baja impor di pasar domestik.

Ketua Umum IISIA SIlmy Karim mengatakan pihaknya belum melihat adanya penurunan volume baja impor di pasar. Pasalnya, pangsa baja impor di pasar tergantung pada izin impor yang diterbitkan oleh pemerintah.

"Bisa kok [volume baja impor] itu ditekan kalau mau, kan izin impornya yang berwenang mengeluarkan adalah pemerintah," katanya kepada Bisnis, Rabu (4/3/2020).

Silmy berujar pemangku kepentingan dapat mendorong penurunan impor sekitar 50 persen-75 persen hingga akhir tahun ini. Dengan demikian, Silmy memproyeksikan produksi baja nasional dapat tumbuh lebih dari target Kementerian Perindustrian (Kemenperin).

Kemenperin menyatakan akan fokus memacu kinerja Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) agar semakin berkontribusi terhadap perekonomian nasional. Adapun target pertumbuhan untuk sektor ILMATE sepanjang 2020 sebesar 4,7 persen dengan nilai ekspor diproyeksi menembus US$38,7 miliar.

Adapun, Kemenperin mencatat, total penanaman modal asing (PMA) sektor ILMATE sepanjang 2019 senilai US$4,8 miliar dan penanaman modal dalam negeri (PMDN) mencapai Rp12,3 triliun. Pada tahun lalu, sektor ILMATE memberikan kontribusi terhadap kinerja industri pengolahan nonmigas sebesar 22,11 persen.

Silmy mengatakan industri baja dapat tumbuh mengikuti pertumbuhan permintaan baja nasional yakni sekitar 5 persen pada tahun ini. Namun demikian, ujarnya, pemerintah harus mengelola izin impor dengan baik terlebih dulu.

Jika pemerintah dapat menekan impor baja sebesar 50 persen hingga 70 persen, maka Silmy memperkirakan kapasitas produksi pabrikan baja nasional setidaknya bisa naik 50 persen dari posisi saat ini. Dengan kata  lain, ujarnya, pembendungan baja impor dapat menggenjot utilitas pabrikan ke sekitar 65 persen-70 persen dari posisi saat ini sekitar 43 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Topik

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper