Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Buntut Virus Corona, OECD Pangkas Proyeksi Pertumbuhan Global 2020

Pertumbuhan ekonomi global diproyeksi akan mencatat laju terendah dalam lebih dari satu dekade tahun ini, akibat dampak wabah penyakit virus corona (Covid-19) terhadap permintaan dan suplai.

Bisnis.com, JAKARTA – Pertumbuhan ekonomi global diproyeksi akan mencatat laju terendah dalam lebih dari satu dekade tahun ini, akibat dampak wabah penyakit virus corona (Covid-19) terhadap permintaan dan suplai.

Organisasi Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) memangkas proyeksinya untuk pertumbuhan global secara full year dari 2,9 persen menjadi hanya 2,4 persen, laju terlemah sejak krisis finansial 2008-2009.

Kelompok ekonomi multinasional yang berbasis di Paris itu juga memperingatkan kemungkinan kontraksi pertumbuhan global pada kuartal I/2020.

Kondisi tersebut memberi tantangan kepada bank sentral dan pemerintah negara-negara di dunia untuk merespons situasi yang berubah dengan cepat.

“Jika situasinya memburuk, langkah kebijakan terkoordinasi di seluruh negara utama akan dibutuhkan untuk perawatan kesehatan dan stimulus ekonomi,” tutur OECD dalam laporannya, seperti dilansir Bloomberg, Senin (2/3/2020).

Sejauh ini, pemerintah dan bank-bank sentral sudah tampak siap tempur dengan mengisyaratkan kesiapan untuk menopang perekonomian mereka.

Bank of Japan (BoJ) dan Bank of England (BoE) menjanjikan tindakan yang bertujuan untuk menstabilkan pasar keuangan. Sementara itu, bank sentral Amerika Serikat Federal Reserve (The Fed) telah membuka peluang penurunan suku bunga AS.

Namun, segalanya bisa menjadi jauh lebih buruk, ungkap OECD dalam laporan bertajuk 'Coronavirus: The World at Risk'. Proyeksinya mengasumsikan wabah Corona yang berpusat di China memuncak kuartal ini, sedangkan wabah di wilayah-wilayah lain 'tetap ringan dan terkendali'.

Jika wabah itu terbukti berlangsung lebih lama dan menyebar ke seluruh kawasan Asia, Eropa, dan AS, dampak ekonominya akan parah. Dalam kondisi ini, pertumbuhan global akan hanya mencapai 1,5 persen, dengan kemungkinan resesi di sejumlah wilayah termasuk Jepang dan kawasan Eropa.

“Wabah virus corona telah membawa banyak penderitaan pada manusia dan gangguan ekonomi yang besar. Prospek pertumbuhan tetap sangat tidak pasti,” sambung OECD.

Meluasnya dampak wabah virus corona sedikit banyak membuat para pembuat kebijakan sulit bereaksi. Sebagian bank sentral memiliki amunisi yang terkuras setelah memangkas suku bunga ke rekor terendah dan menghabiskan miliaran dalam hal pembelian aset.

Di sisi lain, kebijakan moneter tak serta merta menjadi sarana yang paling tepat. Bisa jadi target pengeluaran dan kebijakan ekonomi yang diperlukan, menurut kepala ekonom OECD Laurence Boone.

“Ini bukan hanya guncangan permintaan, ini adalah guncangan kepercayaan dan gangguan rantai pasokan yang tidak bisa ditangani oleh bank sentral sendiri,” tutur Boone.

Jika risiko penurunan terjadi, OECD mengatakan tindakan terkoordinasi akan terbukti lebih efektif ketimbang tindakan oleh masing-masing negara.

Menurut OECD, ada beberapa langkah yang dapat dan harus segera diambil pemerintah. Langkah yang dimaksud di antaranya mencakup dukungan fiskal untuk layanan kesehatan, likuiditas untuk sektor keuangan, dukungan untuk industri yang terkena dampak seperti pariwisata, dan aturan fiskal.

Selain virus corona, risiko signifikan lainnya terus membebani prospek ekonomi global, termasuk tensi perdagangan dan investasi yang tetap tinggi, serta ketidakpastian seputar perpisahan Inggris dari Uni Eropa (Brexit).

“Kemerosotan baru-baru ini di pasar keuangan juga menambah kerentanan dari tingkat utang yang tinggi dan kualitas kredit yang memburuk,” tambah OECD.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper