Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Sri Mulyani Sebut Dampak Corona Lebih Besar dari SARS, Kok Bisa?

Skala perekonomian China saat ini jauh lebih besar dibandingkan dengan kondisi 17 tahun lalu saat virus SARS merebak.
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati (kedua kanan) berbincang dengan Direktur Jenderal Perbendaharaan Andin Hadiyanto (kanan) disaksikan Inspektur Jenderal Sumiyati (kiri) dan Direktur JenderalPajak Suryo Utomo (kedua kiri) sebelum memberikan pemaparan dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (19/2/2020). Bisnis/Himawan L Nugraha
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati (kedua kanan) berbincang dengan Direktur Jenderal Perbendaharaan Andin Hadiyanto (kanan) disaksikan Inspektur Jenderal Sumiyati (kiri) dan Direktur JenderalPajak Suryo Utomo (kedua kiri) sebelum memberikan pemaparan dalam konferensi pers di Jakarta, Rabu (19/2/2020). Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA--Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyatakan situasi perekonomian China pasca merebaknya virus Corona (Covid-19) sangat berdampak terhadap pertumbuhan ekonomi dunia.

Sri Mulyani menyebut, dampak  virus Corona bisa lebih besar dibandingkan dengan virus SARS melanda China dan Hong Kong pada 2003 lalu. Skala perekonomian China yang naik drastis hampir dua puluh tahun terakhir menjadi salah satu penyebabnya.

"Untuk diketahui, kenapa situasi di China menjadi begitu penting karena size ekonomi mereka sudah di atas US$13 triliun. Kontribusi [China] terhadap ekonomi dunia 17%," katanya di Jakarta, Rabu (26/2/2020).

Dia menuturkan, peran China yang makin penting dalam perdagangan dunia membuat apapun yang terjadi di Negeri Tirai Bambu bisa menimbulkan dampak turunan ke berbagai negara.

Hal itu, lanjut Sri Mulyani sangat berbeda dibandingkan dengan kondisi 17 tahun lalu saat wabah  SARS merebak. Saat itu perekonomian China tidak sebesar seperti saat ini. Dengan demikian, tekanan yang dirasakan China tidak terlalu besar pengaruhnya terhadap ekonomi global. Menurut Sri Mulyani, China hanya mencatat koreksi pertumbuhan ekonomi 2 persen ke posisi 8 persen pada 2003 lalu. 

"Sekarang baseline mereka 6 persen, bahkan agak di bawah 6 persen. Penurunan dari China terasa berat secara psikologis. Karena menuju area level 5 Persen untuk pertumbuhan ekonomi," jelas Sri Mulyani.

Sebelumnya, Sri Mulyani memaparkan setiap penurunan China sebesar 1 persen akan berdampak turunnya perekonomian sebesar 0,3 persen s.d 0,6 persen. Jika baseline pertumbuhan ekonomi Indonesia 2020 ditargetkan 5 persen s.d 5,3 persen, dia memprediksi pertumbuhan ekonomi bakal turun ke level 4,7 persen.

Untuk mengurangi dampak buruk akibat virus corona, pemerintah akhirnya mengeluarkan jurus paket stimulus ekonomi untuk menggairahkan daya beli masyarakat. Stimulus antara lain meliputi diskon tiket pesawat, insentif bagi pelaku pariwisata, penambahan anggaran kartu sembako, dan peningkatan subsidi bunga perumahan untuk masyarakat berpenghasilan rendah.

"Presiden menyambut baik penurunan suku bunga acuan [yang dilakukan Bank Indonesia]. Kemarin kami sidang kabinet paket kebijakan fiskal. Kami lakukan countercyclical dan terus berkoordinasi dengan BI dan OJK [Otoritas Jasa Keuangan]," tukasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper