Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bertubi-tubi Terpapar Banjir, Pariwisata Jakarta Terpukul

Kerugian materiil maupun nonmateriil diderita oleh pelaku usaha pariwisata DKI Jakarta akibat bencana banjir.
Suasana sejumlah kendaraan melintasi banjir yang menggenangi kawasan Bundaran Bank Indonesia di Jakarta Pusat, Selasa (25/2/2020) pagi. Hujan deras yang mengguyur Jakarta membuat sejumlah wilayah di Ibu Kota terendam banjir. ANTARA FOTO/Winda Wahyu Fariansih/sgd/foc.
Suasana sejumlah kendaraan melintasi banjir yang menggenangi kawasan Bundaran Bank Indonesia di Jakarta Pusat, Selasa (25/2/2020) pagi. Hujan deras yang mengguyur Jakarta membuat sejumlah wilayah di Ibu Kota terendam banjir. ANTARA FOTO/Winda Wahyu Fariansih/sgd/foc.

Bisnis.com, JAKARTA – Bencana banjir yang melanda DKI Jakarta dalam beberapa kali sepanjang tahun ini, memberikan tekanan bagi pelaku usaha pariwisata dalam memacu kunjungan wisatawan.

Wakil Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Perjalanan Wisata Indonesia (Association of The Indonesian Tours And Travel Agencies/Asita) Budijanto Ardiansjah mengatakan bencana banjir di Jakarta sudah mengganggu aksebilitas masyarakat sehingga mempengaruhi mobilitas wisatawan..

Dia memperkirakan akibat banjir ini kunjungan wisatawan baik mancanegara maupun lokal diprediksi turun 10 persen -20 persen.

“Akses Jakarta dan kota-kota lain juga terganggu sehingga pariwisata kawasan Jakarta Raya & Bandung pasti terganggu,” katanya, ketika dihubungi Bisnis, Selasa (25/2/2020).

Kendati demikian Budijanto mengatakan sejauh ini kerugian yang dialami sector pariwisata Jakarta belum bisa dihitung lantaran ini menyangkut luasan cakupan daerah wisata yang tergenang.

“Harus di cek dulu pembatalan akomodasi, paket wisata maupun penginapan yang disebabkan banjir ini,” ujarnya.

Sementara itu ekonom Indef Nailul Huda menuturkan banjir yang telah tiga kali melanda Jakarta sepanjang tahun ini diprediksi menyebabkan kerugian hingga Rp3 triliun.

“Jika dihitung dari awal tahun ini, kerugian bisa lebih dari 3 triliun. Angka pastinya belum bisa dihitung karena menunggu berapa hari air akan surut,” katanya, Selasa (25/2/2020).

Dalam hal ini, angka kerugian itu berasal dari kerugian ekonomi langsung maupun tidak langsung.

Kerugian ekonomi langsung seperti misalnya rusaknya peralatan produksi ataupun kerugian yang diakibatkan tidak terpakainya faktor produksi seperti mesin ataupun tenaga kerja dan kendaraan untuk logistik.

“Sedangkan kerugian ekonomi tidak langsung seperti berkurangnya pendapatan pedagang warung akibat tidak masuknya sebagian pekerja,” katanya.

Dengan adanya kendala atau hambatan di sektor logistik, Huda memprediksi hal itu akan mempengaruhi harga pangan yang akhirnya berdampak pada inflasi.

“Pasti akan berdampak, inflasi biasanya akan naik seiring adanya kejadian banjir,” jelasnya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper